27 Maret 2012

Menikmati Keindahan di Kesunyian Puncak Arjuno

Setelah tiga bulan tidak naik gunung, kerinduanku pada alam memuncak di bulan itu. Akhirnya tanggal 20 Desember 2011 aku dan Yudi berangkat ke Gunung Arjuno. Memang pendakian kali ini kurang kami rencanakan, aku ngajak Yudi naek ke Arjuno hanya 2 hari sebelum hari H. Karena kami belum pernah naik ke gunung itu maka kami berniat mengajak teman-teman dari Surabaya, tapi cuma satu orang yang bisa yaitu Mas Agus. Kami pun janjian ketemu di Terminal Bungur Asih Surabaya.
 
Sekitar jam tujuh pagi Yudi datang ke rumahku di Kalioso untuk mengambil peralatan sekaligus menjemput aku. Jam 9 kami meluncur ke kos Yudi di Mojosongo. Sampai di sana kami langsung ke pasar dekat kos untuk belanja logistik buat pendakian nanti. Selesai belanja kami langsung packing semuanya dan bersiap-siap untuk berangkat ke Surabaya. Jam 11.30 kami berangkat dari kost. Kami berjalan kaki kurang lebih 30 menit ke halte bus di Panggung-Jebres (itung-itung pemanasan di siang bolong yang puanass, hehe). Sekitar jam 12.30 bus Mira AC tarif ekonomi jurusan Surabaya tiba. Kami langsung naek dan duduk di kursi paling belakang. Tarif Solo-Surabaya Rp.30 ribu per orang. Sepanjang perjalanan terus diguyur hujan. Kami lebih sering tidur karna sangat ngantuk. 

Setelah perjalanan yang cukup panjang, sekitar jam 19.00 kami tiba di Terminal Bungur Asih Surabaya. Beberapa menit setelah turun dari bus Mas Agus langsung menghampiri kami, dia udah nunggu dari tadi katanya. Tanpa buang waktu kami bertiga langsung naek Bus Restu Jurusan Malang untuk menuju Pandaan. Tak lama ngetem cari penumpang, bus itu langsung berangkat. Busnya sangat nyaman, ber-AC  pula. Perjalanan menuju Pandaan harus melintasi jalanan Porong-Sidoarjo  yang rusak, membuat penumpang terlonjak-lonjak di dalam bus. Di sisi kiri jalan adalah tanggul lumpur Lapindo. Melihat tanggul itu yang terbayang di wajahku adalah wajah-wajah pilu penduduk yang terpaksa kehilangan harta benda dan tempat tinggal akibat musibah lumpur Lapindo. Semoga mereka diberikan rezeki yang lebih baik, amin..

Sekitar jam 21.00 kami sampai di terminal Pandaan-Pasuruan hanya dengan ongkos 5 ribu. Karna sudah malam gak ada angkot dari Terminal Pandaan ke Tretes, akhirnya kami menggunakan  jasa ojek dengan ongkos 15 ribu per ojek (kami hanya pake dua ojek untuk bertiga). Kami diantar sampe pos perijinan Tretes. Sekitar jam 21.30 kami tiba di Tretes dan langsung mengurus perijinan. Setelah itu kami jalan-jalan mencari makan di sebuah warung, menu nasi goreng menjadi pilihan kami (karna menu yang paling murah cuma itu..hehe). 

Tretes merupakan daerah wisata seperti kawasan Puncak, Bogor. Ada sejumlah hotel, vila dan warung kopi yang selalu rame dijadikan tempat nongkrong pemuda-pemuda sekitar Pasuruan bahkan juga wisatawan dari luar daerah. Di sini juga ada objek wisata air terjun yang terkenal dengan nama air terjun Kakek Bodho.

Setelah selesai makan kami membeli perbekalan logistik tambahan, habis itu kembali ke pos perijinan dan bersiap untuk memulai pendakian. Jam 22.15 kami mulai berjalan dengan mengambil jalur di belakang pos perijinan yang lebih dekat menuju pos Pet Bocor. Kalau jalur yang sebenarnya kita harus memutar jalanan aspal di depan pos perijinan. 

Trek awal berupa tatanan batu yang langsung menanjak, tapi kami disuguhi pemandangan indah lampu-lampu kota yang sumpah kereeen banget. Sekitar setengah jam berjalan di trek ini akan bertemu pertigaan dari jalur resmi, dari sini pos Pet Bocor tinggal 5 menit lagi. Kira-kira jam 23.00 kami sampai di Pet Bocor. Rencana kami malam ini adalah tidur di musola kayu pos untuk memulihkan tenaga yang capek karna perjalanan jauh dari Solo. 

Di hari kedua tanggal 21 Desember 2011, jam 04.30 pagi kami bangun. Mata masih berat tapi harus segera masak sarapan. Kami pun bergegas cuci muka dan siap-siap masak. Untuk menghemat waktu kami cuma sarapan mie dan telor. Usai sarapan kami langsung packing, tidak lupa bongkar muatan perut masing-masing agar tidak menghambat perjalanan nanti , hehe… jam 06.30 kami memulai perjalanan, pertama trek cor-coran harus kami lewati sampai portal. Setelah itu trek berubah menjadi tatanan batu, trek cukup lebar bahkan bisa muat untuk kendaraan jenis hardtop. Trek terus menanjak tanpa bonus, sesekali kami melewati kebun pisang, tapi kebanyakan hanyalah tanaman jenis semak. Setelah 1 jam perjalanan populasi berubah menjadi rumput ilalang tapi trek tetap berupa tatanan batu yang lebar. Pemandangan Gunung Penanggungan indah sekali dari sini. 

Jam 08.30 kami tiba di pos Kokopan. Kami istirahat di sini, mengisi perbekalan air dan menambah isi perut dengan makan roti. Di pos ini sumber air melimpah, pemandangan juga sangat bagus, makanya tempat ini sering dijadikan tempat camping. Jam 09.15 kami melanjutkan perjalanan. Trek masih belum berubah bahkan tanjakan-tanjakan makin panjang. Kami sempat bosan dengan trek ini. Kami juga mulai sering istirahat, bahkan di dekat hutan pinus kami istirahat sampai 1 jam.  Memasuki hutan pinus kami sedikit terhibur dengan rindangnya pepohonan dan sesekali terlihat ada kera hitam yang bersuara dari atas pohon. Jam 14.00  kami tiba di Pos Pondokan.

Pos Pondokan adalah tempat tinggal sementara bagi para penambang belerang Puncak Gunung Welirang. Hari-hari mereka dihabiskan di sini, tapi di hari kamis mereka biasanya turun untuk libur. Setiap hari mereka mengangkut belerang dari Puncak Welirang ke pondokan menggunakan gerobak kecil yang ditarik. Ngebayanginnya aja aku ga kuat, apalagi ngelakuin. Sebuah potret kehidupan keras yang sangat sederhana di tengah kesunyian hutan dan ketinggian Gunung Arjuna-Welirang. Cuaca yang tadinya panas tiba-tiba berubah hujan, kami pun berteduh di sebuah pondokan penambang. Hanya ada 1 rombongan pendaki lain yang camp di sini. Niat ingin melanjutkan perjalanan tertunda karena hujan tak kunjung reda, ya sudah, ku nikmati saja setiap tetes air yang turun ini. 




Sekitar jam 17.00 kami mendirikan tenda di tempat yang datar, setelah itu Yudi yang bertugas jadi koki dalam pendakian ini langsung menyalurkan hobi memasaknya. Kami makan banyak malam ini. Rencananya perjalanan ke Puncak Arjuno akan dilanjutkan jam 03.00 dinihari, makanya setelah makan malam kami harus cepat istirahat untuk tidur.Hari ketiga jam 01.30 kami sudah bangun, semalam kami sudah menanak nasi jadi sekarang tinggal masak lauknya. Dengan mata yang masih ngantuk kami siapkan makanan. Makan dini hari kali ini cukup membuat kenyang. Setelah beres makan kami packing semuanya. Jadwal kami sedikit molor, jam 03.30 kami baru memulai perjalanan. Melewati jalur di sebelah musola pondokan, trek kali ini sudah berbeda, berupa jalan tanah setapak menerobos rumput-rumput yang tinggi sampe ke Lembah Kijang atau Hutan Lali Jiwo. Kami sempat bingung mencari mata air di sini, tapi akhirnya mas Agus ingat di mana bisa nemuin air. 

Matahari pagi mulai menampakan cahayanya, kami masih terus berjalan melewati Lembah Babi. Trek mulai dengan tanjakan-tanjakan, Puncak Arjuno sudah keliatan dari sini tapi ternyata jalur pendakian harus memutar. Kami sempat menikmati keindahan matahari terbit dari sini dan melanjutkan perjalanan sampai tiba di sebuah pertigaan. Kalo ke kiri ke Puncak Arjuno, kalo kanan ke Puncak Welirang lewat Gunung Kembar. Dari sini ke Puncak Arjuno masih sekitar 2 jam lagi. Lelah dan cape sudah mendera tapi pemandangan Gunung Welirang yang indah sedikit mengobati. Saat tiba di Tugu Perbatasan wilayah Pasuruan-Malang, Yudi sudah hampir menyerah dan gak mau lanjut lagi, padahal Puncak sudah keliatan. Aku dan Mas Agus memaksa dia untuk tetap lanjut. Setelah Puncak Semu kami melewati sekitar tiga nisan memoriam, keberadaannya mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam perjalanan. Di sekitar sini banyak tempat datar untuk mendirikan tenda. Puncak sudah keliatan dekat, kami terus berjalan melalui Puncak Semu lalu melewati jalanan menurun dan menanjak lagi. Akhirnya jam 09.00 kami sampai di di Puncak tertinggi Gunung Arjuno 3339 mdpl ! Kami saling berjabat tangan melampiaskan kegembiraan. 


Pemandangan dari sini sangat indah, Subhanallah…..Hamparan awan putih yang sangat cantik, Puncak Welirang yang kuning berasap terlihat megah. Tebing curam di sisi Puncak Arjuno nampak mengerikan  namun tetap mengagumkan. Padang hijau rerumputan di Lembah Kijang dan Lembah Babi juga terlihat, begitu meneduhkan mata. Allahuakbar… aku merasa kecil di tengah kemegahan alam ini. Di kejauhan terlihat juga Semeru yang tengah meletus.
Semeru, dilihat dari Puncak Arjuno




Kami cukup lama menikmati pemandangan di ketinggian Puncak Arjuno yang penuh batu berserakan dan diapit jurang yang curam. Di kesunyian puncak setinggi ini hanya ada kami bertiga dan kuasaNya. Ingin rasanya berlama-lama di tempat ini, sangat indah, sunyi menenangkan hati, tapi sayangnya kami harus segera turun. Sekitar jam 10.30 kami mulai turun, matahari sangat terik waktu itu. kami mempercepat langkah untuk mengejar waktu, sesekali berhenti untuk foto-foto. Perjalanan turun tidak kalah melelahkan, apalagi selepas pos pondokan,tapi di sekitar sini kadang kita akan menjumpai hewan-hewan penghuni hutan seperti burung-burung, ayam hutan,dan kera hitam. Jalur bebatuan membuat kaki menjadi sakit, sore itu kami turun gunung ditemani hujan. Sekitar jam 19.30 kami akhirnya sampai di pos perijinan. Setelah istirahat sejenak dan beres-beres kami langsung kembali ke Surabaya malam itu, rencana ke air terjun Kakek Bodho kami batalkan. Sebelum lanjut ke Solo kami mampir dulu  ke rumah Mas Agus di daerah Waru-Sidoarjo. Kami diajak makan soto Lamongan disana, baru sekitar jam 23.30 kami diantar ke terminal Bungurasih-Surabaya yang tak jauh dari rumahnya. Kami naek bus Mira lagi untuk pulang ke Solo. Akhirnya pada hari jumat 23 Desember 2011 jam 05.00 kami tiba di solo lagi, Alhamdulillah trip akhir tahun ini berjalan lancar. Terima kasih buat Yudi, Mas Agus & Mas Feri (temennya mas agus yang nganterin ke terminal. 

#postingan ini pernah diikutsertakan dalam Lomba Menulis di diengplateau.com