31 Juli 2015

Menanam Kebaikan

Pagi yang indah, matahari masih setia bersinar cerah. Aku, masih setia bertempur melawan diri sendiri. Kekalahan-kekalahan yang aku alami beberapa hari ini semoga tidak mematahkan semangatku. Pagi pun kadang gelap tertutup mendung. Bukan karena matahari menyerah kalah untuk menyinari pagi, tapi karena kadang sinarnya kalah oleh awan mendung atau bahkan rintik hujan. Esok hari atau lusa pasti sinarnya akan kembali menang dan memberikan kehangatan pagi untuk bumi.

Diantara rutinitas pagi, aku teringat hari kemarin. Dua orang sahabat yang lama tak bersua berkunjung ke rumah. Obrolan-obrolan mengalir. Canda tawa mengiring. Cerita-cerita tentang kenangan kembali diperbincangkan. Menertawakan masa-masa muda yang penuh gejolak. Meninggalkan sekolah untuk sebuah petualangan. Merindukan perjalanan-perjalanan yang pernah dilalui bersama.Berjalan menyusuri tepian jalan raya mencari tumpangan, entah truk atau pun pick up. Menapaki jalan setapak tanah dan batu jadi pijakan. Menghabiskan malam di stasiun kota yang tak dikenal. Mengharapkan kebaikan di dalam kereta api ekonomi, walau demi sebatang rokok atau nasi bungkus. Berbagi makanan diantara ketiadaan. Berbagi keluhan diantara pengangguran. Berbagi cerita tentang cinta. Merenungkan perjalanan hidup yang dilalui masing-masing sampai kami tiba pada saat ini.

Inti dari kunjungan kemarin adalah rencana untuk mengadakan reuni kecil-kecilan. Sekedar berkumpul dan makan bersama dengan kawan-kawan lama serta keluarganya, bagi yang sudah berkeluarga. Iuran untuk mengadakan acara sederhana itu sudah disepakati. Waktu dan tempat sudah ditentukan. Semua kawan setuju, yang paling penting dari rencana acara ini adalah kami bisa kembali berkumpul. Walaupun mungkin hanya untuk bertukar kabar, bertukar cerita kehidupan. Yang utama adalah tetap menjalin silaturahmi.

Dari pembahasan soal reuni itu, kemungkinan akan ada dana yang tersisa.
"Aku puya usul, gimana kalau kemungkinan dana yang tersisa itu nanti kita belikan bibit tanaman. Pemikiranku begini, kalau dibelikan bibit tanaman kita jadi punya kenangan yang akan terus hidup dari acara reuni sederhana kita ini. Tanaman itu pasti akan kita tanam dan rawat di pekarangan rumah kita. Kalau tanaman itu bisa terus hidup, setiap kita melihat tanaman itu semoga kita akan selalu mengingat kawan-kawan kita. Ah, mungkin ini sedikit berlebihan. Hehe."
"Setuju mas, kalau pun nanti dananya malah jadi kurang kita nambah lagi gak masalah untuk membeli bibit tanaman." sambut Lardi.
"Aku juga setuju mas, kalau bisa aku milih bibit buah ya mas, buah ace mungkin." tambah Ratno.
"Aku bibit buah juga mas, buah ace juga atau kelengkeng gapapa. Lha menurutmu tanaman apa mas ?" Lardi menyambung sambil menyalakan rokoknya.
"Iya gapapa, kalau aku lebih menginginkan tanaman pucuk merah saja." jawabku.
Asap rokok dihembuskan. Obrolan-obrolan terus bergulir menuju siang.
Kopi hitam dihabiskan. Sampai akhirnya mereka pamit dan kami akan saling bertemu lagi di hari yang dijanjikan.

Dari obrolan soal tanaman dengan sahabat karibku itu, aku memperoleh sedikit perenungan. Banyak diantara kita yang lebih suka menanam tanaman buah. Dengan kata lain dalam menanam kita selalu mengharapkan hasil, yaitu buah. Bahkan sebelum kita menanam atau saat kita baru menanam sering kali kita sudah memikirkan soal buahnya. Kapan tanaman itu akan berbuah ? Seberapa banyak buah yang akan dihasilkan ? Manis atau tidak buahnya nanti ? Tapi tentu juga ada orang yang menanam dengan niat untuk mendapatkan keindahan dan oksigen yang dihasilkan dari tanaman. Merasa cukup senang melihat tanamannya tumbuh indah dan memberikan udara segar untuk lingkungannya. Tanpa memikirkan apakah akan tumbuh buah atau tidak. Mungkin sama halnya dengan kita dalam menjalani kehidupan. Dalam melakukan kebaikan banyak dari kita yang memikirkan hasil atau ganjaran dari perbuatan kita. Yang paling nyata saja, banyak dari kita yang menghitung-hitung pahala dari ibadah kita. Bahkan sebelum kita melakukannya. Memang itu bukan sebuah hal yang salah. Tapi apakah tidak lebih indah jika kita meniru tipe orang menanam yang kedua itu ? Yang menanam untuk mendapatkan atau melihat keindahan dan udara segar, tanpa memikirkan seberapa banyak buah yang akan dihasilkan. Yang berusaha melakukan kebaikan tanpa menghitung-hitung pahala yang akan kita terima. Apakah tidak lebih indah jika kita melakukan kebaikan dengan sebuah ketulusan, yang hanya mengharapkan keindahan hidup ? Aku yakin Tuhan pun tidak pernah perhitungan dalam memberikan kebaikan dalam hidup kita. Dia yang Maha Baik pada semua makhluk di semesta. Aku pun masih belajar menciptakan ketulusan dalam menjalankan setiap perbuatan. Aku masih belajar melakukan kebaikan tanpa mengharapkan pahala.

Kita semua bebas memilih apa yang akan kita pikirkan. Kita semua bebas melakukan kebaikan dengan cara yang kita suka dan inginkan. Yang penting kita masih mau menanam pohon, entah itu tanaman hias ataupun tanaman buah. Yang penting kita masih mau menanan kebaikan.


Pagi, 31/07/2015

25 Juli 2015

Terima Kasih Maha Rencana

Semua berawal dari yang kau rasakan
Dari hanya kisah kecil yang kau alami
Dia memberi makna

Peristiwa tak bicara dengan kata terbuka
Bukalah mata rasa yang kau punya
Agar kau tahu artinya




Segala yang kau rasa
Niscaya disana ada makna
Segala peristiwa
Tunjukan nuansa




Bisakah kau katakan yang terjadi kebetulan belaka ?
Semesta memberi makna dalam Maha Rencana
Peristiwa tak bicara dengan kata terbuka
Bukalah mata rasa yang kau punya
Agar kau tau artinya

Semua akan terbuka jika kita lebih mau merasa
Ubahlah cara kerja alamiah alam pikiran kita




(Maha Rencana-Cupumanik)



Sesiang ini aku menjejali diri untuk mendengarkan lagu dari Cupumanik itu. Distorsi grunge yang dibalut dengan lirik lagu yang merasuk ke jiwa membuatku ingin memutar ulang terus lagu itu.

Apa yang disampaikan Cupumanik dalam lagu itu membuat kita harus merenung dalam. Setiap hal di kehidupan kita niscaya memberi makna. Segala peristiwa, apapun itu yang pernah kita alami adalah bagian dari apa yang dituliskan sang Maha Rencana.


Kita tak akan pernah tahu apa yang akan kita alami satu jam ke depan, nanti malam, besok pagi, sehari nanti, atau lusa. Kita tak akan pernah tahu kita akan bertemu siapa di jalan, di pasar, di halte, di kereta, di gunung, di masjid, dimana pun kita tak pernah tahu. Kita tak pernah tahu rezeki apa yang akan kita terima. Kita tak akan pernah tahu siapa jodoh kita. Kita tak akan pernah tahu kita akan terus sehat atau menjadi sakit. Kita tak tau kita akan menjadi kaya atau miskin. Kita tak pernah tau musibah apa yang akan kita alami. Kita tak akan pernah tau kita akan bahagia atau menderita. Kita tak akan pernah tahu sampai kapan kita hidup. Kita sebagai manusia hanya bisa membuat rencana-rencana yang kita inginkan. Tapi dibalik rencana-rencana kita sebagai manusia. Sang Maha Rencana sudah menuliskan rencananya. Mungkin yang perlu kita lakukan adalah belajar berprasangka baik atas rencana-rencanaNYA. Belajar mengambil makna dari setiap peristiwa yang kita alami.

Terima kasih untuk Cupumanik, yang telah membuat lagu keren ini. Yang mengajariku untuk selalu mengambil makna dari setiap peristiwa hidup yang kualami.

Siang. Panas. Terik matahari. Debu-debu beterbangan. Catatan dari kamar kusam.

25/07/2015

17 Juli 2015

Hari Ini



Hari ini
Kakiku melangkah di bawah fajar merah
Menuju rumah berkubah
Bersujud bersama sesama manusia
Di tengah semesta yang terdiam
Menyambut hari penuh pengampunan

Hari ini
Aku merasakan pagi yang tenang
Tanpa hingar bingar rutinitas
Hanya terdengar takbir yang menggema
Dan kicau burung yang bertasbih untukNya
Serta wajah-wajah penuh suka cita

Hari ini
Aku melihat
Manusia-manusia berjabat tangan erat
Bertukar sapa dan senyum hangat
Andaikan hal ini terjadi setiap saat
Mungkin akan terwujud impian tentang perdamaian

Hari ini
Aku melihat
Sekeras apapun seorang bapak
Sesabar apapun seorang ibu
Sediam apapun seorang adik dan kakak
Seceria apapun seorang anak kecil
Hari ini, air mata bisa tumpah dari semua mata

Hari ini
Semua orang bicara saling memaafkan
Semua orang bicara dosa kita hilang
Memaafkan siapa ?
Apakah kita sudah memaafkan diri kita sendiri ?
Bagiku
Aku masih belajar dalam pertempuran untuk memaafkan diri sendiri
Aku masih belajar untuk memohon ampunan atas dosa-dosaku

Hari ini
Semua orang bicara tentang hari kemenangan
Semua orang merasa telah menang
Menang dari apa ?
Menang melawan apa ?
Bagiku
Aku ingin belajar untuk merasa tidak pernah menang
Di dunia fana ini mungkin aku tak akan mendapat kemenangan
Karena kemenangan hanya ada di alam yang kekal
Bagiku
Aku ingin belajar memahami bahwa setiap hari adalah pertempuran
Pertempuran yang tak akan pernah usai
Pertempuran melawan musuh abadi kita
Pertempuran melawan setan dalam diri kita sendiri
Pertempuran yang tak akan berhenti
Sampai waktu yang telah ditentukan Sang Maha Pasti


Pagi, 17/07/2015



13 Juli 2015

Untuk Mereka



Untuk Mereka

Mereka, jiwa-jiwa yang lepas
Mereka, jiwa-jiwa yang bebas
Mereka selalu menantang
Mereka selalu bertarung

Siang adalah pertarungan
Tersengat terik mentari
Beradu dengan debu
Di kerasnya hari-hari

Malam adalah pertempuran
Mencari tempat bersandar
Di bawah bulan yang enggan terang
Gelapnya masa depan tak menyurutkan langkah

Terbangun oleh pagi yang mereka benci
Entah makan apa hari ini
Entah jalan mana yang akan mereka susuri
Hanya melangkah berpetunjuk naluri

Mereka, jiwa-jiwa yang kuat
Mereka, jiwa-jiwa yang keras
Mereka selalu bergelut dengan hidup
Mereka selalu berjuang untuk hidup


 Seharian kemarin bersama pemuda-pemuda. Mendengarkan lagu-lagu karya mereka. Dalam bingar sebuah panggung pertunjukan sederhana. Musik yang mereka usung rata-rata bergenre punk. Lirik-lirik lagu bertema sosial dan politik terlantun. Suara-suara hati mereka keluar lewat nada-nada dan lirik lagu yang kritis. Bercerita tentang kehidupan jalanan,. Tentang hiruk pikuk kehidupan anak muda. Tentang carut marut pemerintahan bernegara. Memang ciri khas pemuda adalah suka memprotes hal-hal yang mereka anggap tidak sesuai dengan pemikiran mereka. Walaupun mungkin mereka juga masih belum terlalu memahami permasalahan sosial-politik dalam kehidupan bernegara. Tapi setidaknya mereka berani menyuarakan isi hati mereka. Itu adalah tanda bahwa hati dan nurani mereka masih hidup dan masih peka. Dari sini kita bisa membangun jiwa-jiwa pemuda yang peduli. Peduli terhadap kehidupan di sekitarnya, terhadap lingkungannya, peduli terhadap alamnya, dan peduli terhadap negaranya.
Puisi diatas terinpsirasi dari lagu-lagu kawan-kawan pemuda.

03.25 , 13/07/2015

1 Juli 2015

Ambillah Jalan


"Ubahlah hidupmu, ambillah jalan yang membawamu kepada Tuhan. Ubahlah dirimu, dan berbahagialah saat kau menempuh jalan itu. Beranilah mengambil risiko."