31 Januari 2016

Kereta Kehidupan

foto:sidiqbachtiar

Kereta Kehidupan

Kehidupan layaknya kereta api
Bergerak, berhenti
Melaju, melambat
Pertemuan, perpisahan
Stasiun demi stasiun kehidupan adalah peta 
yang tak kasat mata
Pertemuan demi pertemuan adalah simpul kerumitan
yang penuh keajaiban


Kita tak bisa memilih kereta
Sebab tiket kita sudah tertulis
Tersembunyi di balik langit
Tapi Tangan penulis itu adalah Tangan yang murah hati
Kita masih diberi kesempatan
Menentukan rute perjalanan
Melewati berbagai macam tempat pemberhentian
Sampai pada sebuah padang luas
Dimana kita dipertemukan dengan kebenaran




SB
30/01/2016

28 Januari 2016

Siang

gambar:sidiqbachtiar


Siang

Sebelas siang mentari atas kepala
Keranda terbalut hijau
Diangkat  kesedihan
Menuju tanah pembaringan


Dalam sosok yang berjalan
Tertunduk di belakang rombongan
Melihat ujung kehidupan
Pada setapak di depannya


Siang , keranda ingatkan hidup
Siang, keranda ingatkan mati
Sejatinya kita menunggu
Lalu apa yang akan kita jejakkan pada waktu ?


Hidup…
Di depan menanti sebuah gerbang
Tanah pembaringan





SB
Desember,2015

26 Januari 2016

Secangkir Kopi Untuk Pagi



Secangkir Kopi Untuk Pagi


Secangkir kopi menemani langkah matahari
Pada wadah ia menjadi isi
Menghitamkan segala putih
Menciptakan tenang dalam ruangnya
Membagi cerita di kepulannya
Sedang pada aroma ia membungkus derita
Tentang tanah asal di kejauhan
Tentang tangan-tangan keikhlasan
Yang bersabar di tengah kehidupan
Menorehkan perjalanannya dari tanah sampai ke dalam cangkirku
Sampai tetes demi tetes gelisah merasuki tubuhku
Sampai ia bergumul dengan jiwaku
Masih menemaniku sampai terik tepat di kepala
Dingin tubuhnya menampakkan dirinya
Yang menghitam di dasar ketenangan





Desember,2015


20 Januari 2016

Perahu Kata

gambar:sidiqbachtiar


Perahu Kata

Dalam sebuah perahu
Yang membawaku ke telaga makna
Tanpa petunjuk rasi bintang
Arah hanyalah pemahaman dari kepercayaan
Arah yang sejati berkutub di hati

Ku dayung perahu menuju hulu
Disana kutemui kata-kata tanpa tuan
Sedang jaringku tak mampu mengambilnya
Terpana aku pada kebisuan
Hanya bisa mengagumi muara kata

Terus ku dayung perahu menuju dasar
Disana sangat menakjubkan
Bagaimana bisa ada padang rumput penuh bunga
Lebih ke dalam
Terisi duri-duri diantara semak belukar
Semakin tandas ke dasar
Cahaya berkilauan kebijaksanaan




Desember,2015

19 Januari 2016

Kopi Dini Hari

Kopi Dini Hari


Dini hari berteman secangkir kopi hitam sachetan
Dan gorengan berminyak yang mulai layu
Hanya itu yang kami mampu
Sambil merenungi isi waktu
Manusia, mari bersederhana
Manusia, mari berbagi cinta



SB

02.15
19/01/2016

16 Januari 2016

Kapal Bapak




Kapal Bapak

Di tanganmu ada sebuah kapal
Mengarungi lautan takdir
Menerjang ombak pada garis-garis riak
Karang menghadang tak membuatmu karam
Kapal terus kau kemudikan
Menyeberangi nasib di kejauhan masa depan

Di kakimu ada sebuah kapal
Berlayar dalam lika-liku samudera kehidupan
Meski lelah layar tetap kau kembangkan
Mendayung mimpi sepenuh kekuatan
Tangis kau redam tanpa param peredam
Dalam hati kau sembunyikan keluhan

Di pundakmu ada sebuah kapal
Terus melaju dengan berat muatan
Menggores luka pada tubuh tuamu
Setia mengantar beban yang menjadi tanggung jawabmu
Kemudi di tanganmu gagah kau kendalikan
Mencari pelabuhan untuk bersandar

Kapal di tanganmu
Kapal di kakimu
Kapal di pundakmu
Kemudi di hati dan jiwamu


14/01/2016 


Akhirnya aku bisa menulis sebuah puisi untuk Bapak. Lama keinginan itu ada, namun hati dan tangan tak kunjung bisa merealisasikan. Tengah malam kemarin akhirnya hati dan tanganku tergerak untuk menulis puisi saat melihat Bapak yang lelap tertidur.
Aku mencintai Bapakku, tanpa kata-kata cinta. Ini adalah salah satu caraku mengungkapkan cintaku pada Bapak.

13 Januari 2016

Merenungi Cerita Hidup

Beberapa hari lalu ada seorang teman bercerita padaku tentang kehidupannya. Kami teman lama yang sama-sama tahu kehidupan masing-masing. Di antara dinginnya hembusan angin gunung Lawu. Diguyur rintik hujan Di antara langkah-langkah kaki para pendaki yang melintas. Di tubir jurang dengan pemandangan lampu-lampu kota. Kami duduk bersila di dalam keremangan tenda. Menghirup sunyi ke dalam diri. Menyesap segala rasa, dari masa ke masa. Lalu kami muntahkan pada tenang dini hari. Semalaman suntuk tanpa tidur kami saling bercerita, saling berpendapat. Ya semua keluar begitu saja. Segala keluh, segala sesal, tak pantas jika kutuliskan. Cukup kubagi pada sebuah kesimpulan.

Di ujung subuh aku merenungi obrolan-obrolan itu, dan aku mengambil kesimpulan. Tak bijak jika kita membanding-bandingkan kehidupan seseorang satu sama lain, "Jika mereka di posisimu, atau jika kamu di posisiku, dan sebagainya." Lebih baik kita belajar mensyukuri kehidupan masing-masing. Semua kesulitan atau pun keberkahan itu pasti ada hikmahnya.

Mari kita terus belajar bersyukur saja, "Kita tuan pada masing-masing keputusan-keputusan." Jalan mana yang kita pilih, ya itu yang akan mempengaruhi hal apa yang akan kita hadapi. Kau memilih jalan keterikatan, sedang aku belajar memilih jalan pelepasan. Semestinya kita sama-sama mensyukuri jalan yang telah kita pilih. Sebisa mungkin kita belajar mengurangi keluhan, sebab hidup terlalu indah untuk dikeluhkan.

Semoga kita bisa terus belajar memaknai kehidupan, kawan.

(Lawu)

10 Januari 2016

Profil Rumah Baca Edelweis

PROFIL
RUMAH BACA EDELWEIS

              
  Tuban Kidul RT 05 RW 05, Tuban, Gondangrejo,
                     Karanganyar, Jawa Tengah 
               Email  : rumahbaca05@gmail.com
               FB       : Rumah Baca Edelweis
               CP       : 085702505017 (Sidiq Bachtiar)


Latar Belakang dan Sejarah Singkat:

Berawal dari pemikiran beberapa pemuda di desa Tuban tentang tidak adanya tempat berkumpul(nongkrong) yang positif untuk pemuda dan anak-anak. Dan juga karena vakumnya Organisasi Karang Taruna maka tidak ada sebuah forum untuk pemuda berkumpul saling bertukar pendapat. Dari gagasan itulah beberapa pemuda ingin membuat sebuah komunitas yang bisa menciptakan dan mewadahi kegiatan posiif pemuda di Desa Tuban. Dan juga memikirkan rendahnya minat baca di desa Tuban. Meskipun di sekolah-sekolah sudah ada perpustakaan, tapi minat baca di desa kami masih tetap rendah. Sementara dari beberapa pemuda itu ada yang memiliki minat baca lumayan, tapi mereka memiliki kesulitan mengakses buku-buku bacaan. Selama ini akses buku bacaan hanya bisa diperoleh oleh siswa-siswa sekolah atau mahasiswa-mahasiswa di universitas. Sementara untuk orang-orang yang sudah tidak menjadi siswa sekolah atau mahasiswa tidak bisa mengakses buku bacaan. Dan keterbatasan ekonomi untuk membeli buku membuat mereka kesulitan untuk menyalurkan hobi membacanya.

Dari hal-hal tersebut di atas, beberapa pemuda itu berinisiatif mendirikan sebuah tempat yang sederhana memanfaatkan ruang tamu dan teras dari rumahnya. Tempat itu kemudian mereka namakan Rumah Baca Edelweis pada bulan Februari 2014. Mereka memulai membuka perpustakaan kecil dengan beberapa buku koleksi mereka pribadi dan membuat rak dari kayu-kayu bekas. Seiring berjalannya waktu, buku koleksinya mula bertambah dari bantuan/donasi teman-teman dari berbagai daerah. Sampai saat ini ada sekitar 300 buku menjadi koleksi Rumah Baca Edelweis.
Rumah Baca Edelweis menyediakan buku-buku bacaan untuk masyarakat umum di sekitar Desa Tuban. Cara peminjaman buku disini pun mudah dan gratis. Peminjam hanya dicatat nama, alamat, dan nomor HP. Rumah Baca Edelweis tidak takut kalau peminjam tidak mengembalikan buku. Itu bagian dari resiko sebuah perpustakaan. Disini kami sama-sama belajar untuk menumbuhkan kejujuran dan tanggung jawab, tanpa paksaan dan tanpa ancaman.

Selain menyediakan buku bacaan dan pinjam-meminjam buku, Rumah Baca Edelweis juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan. Antara lain mengadakan workshop ketrampilan, menonoton film bersama, dan kegiatan musik dalam upaya mewadahi kreatifitas pemuda Desa Tuban. Dan di tahun kedua Rumah Baca Edelweis juga mulai bergerak di bidang lingkungan dengan mendirikan Bank Sampah Edelweis yang diuurusi oleh pemuda-pemuda. Selain itu juga mulai mengadakan program penghijauan desa sedikit demi sedikit. Dana-dana untuk kegiatan itu kami dapat dari donasi/sumbangan teman-teman.




                                              Awal berdirinya Rumah Baca Edelweis


                                        Dapat bantuan rak dari Kelurahan Desa Tuban


Kegiatan-Kegiatan Rumah Baca Edelweis:

1.     Menonton Film Bareng

Kegiatan ini diadakan hampir setiap bulan sekali atau dua kali, setiap hari sabtu malam. Bertujuan memberikan hiburan gratis pada anak-anak di sekitar Rumah Baca Edelweis. Berawal dari keprihatinan kami pada tayangan-tayangan di televisi yang kurang baik dan juga kurang bermanfaat untuk anak-anak. Kami berinisiatif mengadakan kegiatan ini. Film-film yang diputar terlebih dulu kami seleksi apakah layak dan bisa memberi pelajaran/hikmah bagi penontonnya, terutama anak-anak. Kami lebih sering memilih film-film yang memberikan pesan moral dan motivasi kepada anak-anak dan juga pemuda untuk terus semangat belajar dan meraih cita-cita. Terkadang kami juga memutar film-film kartun yang menghibur. Dalam kegiatan ini Rumah Baca Edelweis juga suka memberikan makanan ringan tradisional, bermaksud untuk mengenalkan anak-anak agar lebih suka mengkonsumsi makanan tradisional yang bebas dari bahan pengawet.






2.     Workshop Ketrampilan

Kegiatan-kegiatan ini diadakan untuk mengasah kreatifitas anak-anak. Dilaksanakan dengan penuh keceriaan dan ditemani kakak-kakak volunteer yang menguasai bidang ketrampilan masing-masing.


                           Membuat tempat pensil/pulpen dari kertas/koran bekas


                                          Membuat batik ikat celup/kuas


                                                    Menggambar bersama



3.     Musik Akustik

Kegiatan ini untuk para pemuda. Dalam upaya mewadahi kreatifitas mereka dalam bermusik. Selain musik juga ada pembacaan puisi dari karya kawan-kawan Rumah Baca Edelweis. Kegiatan ini tentunya untuk mendorong para pemuda untuk menyalurkan energi dan jiwa muda mereka ke dalam hal-hal positif.


                           



4.     Bank Sampah Edelweis

Kegiatan ini adalah bentuk kepedulian para pemuda terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal. Masalah sampah adalah maslah yang sangat sulit dicari solusinya. Pemerintah Desa juga belum mempunyai system pengelolaan sampah. Jadi para pemuda berinisiatif melakukan kegiatan ini. Bekerja sama dengan masyarakat yang ikut berpartisipasi. Menampung sampah yang masih bisa didaur ulang lalu dijual ke pengepul rosok. Hasil dari penjualan dibagi antara Rumah Baca Edelweis dan nasabah Bank Sampah sesuai perjanjian yang disepakati. Dari kegiatan ini Rumah Baca Edelweis memperoleh sedikit dana untuk menggerakkan roda kegiatannya.

                           



5.     Menanam Pohon

Kegiatan ini bertujuan mengenalkan dan mengajak anak-anak untuk mencintai alam dan lingkungan sekitar mereka. Dengan menanam pohon kita sama saja berinvestasi oksigen, menciptakan udara bersih. Setidaknya mengajak mereka untuk mengurangi polusi udara. Kegiatan ini juga rutin diadakan sebulan sekali dalam program “Satu Bulan Satu Pohon”, yang akan ditanam di tepian jalan desa. Melakukan kegiatan ini sejak dini, besar kemungkinan akan menciptakan generasi-generasi yang mencintai dan menjaga alam.


Terus tanam, tanam, dan tanam terus





6.     Perpustakaan Jalanan

Perpustakan jalanan adalah kegiatan membawa buku-buku koleksi Rumah Baca Edelweis turun ke jalan. Tujuannya untuk mendekatkan buku ke masyarakat di Desa Tuban. Di jalan sekitar desa sesekali kami membawa buku-buku itu keluar. Biasanya pada waktu sekolah-sekolah libur.










7.     Mendaki Gunung Bersama

Kegiatan ini untuk pemuda-pemuda yang menyukai petualangan di alam terbuka. Tapi terkadang adik-adik kami pun ikut kegiatan ini, tentunya dengan ijin orang tua dan pendampingan dari kami. Dengan mendaki gunung teman-teman Rumah Baca Edelweis belajar menumbuhkan rasa cintanya pada tanah air Indonesia ini. Dan juga belajar mencintai alam, agar tumbuh rasa keinginan untuk menjaga dan merawat alam agar tetap terjaga dan indah.


Dan kegiatan mendaki gunung bagi kami adalah salah satu bagian dari melaksanakan perintah 'iqra', 'membaca' karya ciptaanNya.


8.     Bersepeda Bersama

Bersepeda adalah salah satu kegiatan yang disukai teman-teman Rumah Baca Edelweis. Tak lepas dari keadaan alam dan lingkungan yang mulai terpolusi. Dan isu pemanasan global yang semakin panas. Kami di desa ikut mengkampanyekan untuk mengurangi polusi udara, dengan mengajak pemuda-pemuda Rumah Baca Edelweis untuk memakai sepeda jika bepergian jarak dekat/sekitar kampung. Kadang kami juga mengadakan kegiatan bersepeda bersama jarak jauh untuk memuaskan jiwa-jiwa petualang para pemuda.


Mengayuh menyalurkan energi positif untuk kesehatan dan alam


9.     Bagi Nasi Bungkus di Jalanan

Kegiatan ini diadakan setiap bulan Ramadhan. Rumah Baca Edelweis dan teman-teman mengumpulkan donasi lalu dibelikan nasi bungkus dan dibagikan ke jalanan. Pada tunawisma, pemulung, tukang becak, dll, di sekitar kota Solo. Bertujuan untuk belajar menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama dan mengasah rasa empati. Kini kegiatan ini ingin kami lakukan bekerja sama dengan Rumah Baca Teratai di Sangkrah,Solo. Mereka lebih intens dan konsisten melakukan kegiatan itu setiap hari jumat.


                                                           Happiness is only real when shared




               Penutup:

Demikianlah kegiatan-kegiatan di Rumah Baca Edelweis. Baru sebatas itulah hal-hal yang bisa kami lakukan. Setidaknya kini di desa kami ada sebuah tempat untuk anak-anak dan pemuda-pemuda menyalurkan energi jiwa muda mereka. Dan ada tempat untuk mewadahi kreatifitas-kreatifitas mereka.

Semoga lebih banyak lagi pemuda-pemuda di Desa Tuban dan dari daerah lain yang bersedia bergabung untuk mengembangkan Rumah Baca Edelweis ini. Agar Rumah Baca Edelweis bisa sampai pada impiannya untuk menjadi komunitas dan forum bagi pemuda-pemuda di Desa Tuban khususnya dan dari daerah lain juga untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman hidup. Bukan hanya dalam soal buku atau minat baca dan seni atau pun sastra, tapi mencakup dalam semua aspek kehidupan. Itulah impian Rumah Baca  yang sejati, menjadi tempat untuk belajar tentang kehidupan yang sederhana dan tempat belajar menjadi manusia yang seutuhnya.


Semangat baik…!

Doa di Lubuk Sakit (Rabu Pagisyahbana)

DOA DI LUBUK SAKIT

Padaku, berikan padaku puisi
yang mampu membimbing aku kembali padaMu

Tuhan, beri aku nyanyian dzikir para gulma
para burung lagi para petani, yang teduh membasuh muka
lewat mata sejenak menutup.

Mulanya aku curi puisi dari mata para gadis
lalu ke mata pisau mengorek isi jantung
Puisi, aku tulis puisi sampai gigih
darah lelakiku muncrat hampir kafir

Tuhan, beri aku param peredam lupa peredam
lukaku di keledai di hasrat malang kemaluanku
makhluk yang tumpul lagi tak panjang.

Lewat doa di lubuk sakitku
kuakui tak cermat aku mengeja
perbait perbaris kuasaMu untuk kutulis menjadi puisi,
di langit aku diberi puisi akan kesaksian yang luas
lagi megah menjemputku lewat mata sejenak menutup

Padaku, Engkau berikan kuasa yang mampu
mengubahku kembali pada lupa lagi luka.

(Rabu Pagisyahbana)

7 Januari 2016

Sisa Malam Tahun Baru


Sisa malam mengabarkan lelah
Pada tubuh renta sebatang kara
Emperan menjadi bahtera mengarungi mimpi
Berselimut harapan tentang esok pagi
Janji matahari yang setia mengantar rezeki
Sedang jalan raya menyisakan pesta pora
Sisa-sisa kemubaziran peradaban
Merayakan bergeraknya waktu
yang sejatinya selalu berlalu
Aspal jalanan menyisakan jejak kaki
Manusia-manusia yang haus ingar-bingar duniawi
Membunuh sunyi dengan hingar kembang api
Langit menyisakan legam
Terbakar oleh riuh nafsu kemewahan
Kesenangan tanpa takaran
Udara menyisakan kebisingan
Oleh suara deru-berderu saling beradu nafsu
Asap menyesakkan mengisi ruang jiwa

Apa yang tersisa dari malam tahun baru?
Resolusi penuh mimpi-mimpi?
Pemujaan atas kepalsuan waktu?
Atau kita yang menipu hari baru?


02.00
07/01/2016