16 Mei 2013

Kereta Ekonomi Kini

  Senja...matahari sudah kembali ke peraduannya. Semburat cahayanya sudah tak terlihat, langit pun kini mulai gelap. Aku sedang berada di sebuah stasiun kereta. Selepas maghrib terdengar pemberitahuan dari pengeras suara bahwa kereta Kahuripan tujuan Bandung akan segera tiba. Hiruk pikuk calon penumpang mulai terlihat,mereka berjalan mendekati rel kereta di jalur 2. Semua sibuk dengan barang-barang bawaannya masing-masing. Petugas keamanan pun juga ikut sibuk menertibkan penumpang yg berdiri terlalu dekat dengan rel kereta.

   Kereta tiba dari arah timur,lajunya melambat mendekati stasiun. Sampai akhirnya berhenti untuk memberi waktu pada penumpang yang akan naik maupun turun. Aku langsung naik dari pintu gerbong yang terdekat dari tempatku berdiri menunggu. Lalu berjalan ke arah gerbong lainnya untuk mencari tempat dudukku seperti yang tertera di dalam tiket yaitu gerbong 5 kursi 6E. Aku duduk sendirian,kursi di sebelahku masih kosong. Tak lama kemudian kereta kembali melanjutkan perjalanan.

   Kereta melaju dengan kencang,membelah udara yang dilewatinya. Sesekali berhenti di stasiun pada setiap kota yang dilewatinya. Sementara udara dingin merambati tubuhku yang hanya memakai kemeja flanel tanpa jaket. Kereta ekonomi yang aku tumpangi ini ternyata tak seperti yang dulu lagi. Kini di dalam setiap gerbongya diberi fasilitas AC guna menyejukkan udara di dalamnya. Tapi dengan ditambahnya fasilitas ini setiap penumpang harus merogoh kantong lebih dalam untuk membayar kenaikan tarif yang naik hampir 3x lipat dari harga sebelumnya. Kenaikan harga tiket kereta ini menyedihkan sekali untuk orang sepertiku,yang selalu melakukan perjalanan dengan dana pas-pasan. Tapi mungkin bagi kaum menengah keatas hal ini tidak terlalu memberatkan bagi mereka. Kereta ekonomi yang dulu murah meriah,yang menjadi transportasi pilihan bagi kaum kusam kini tak ada lagi.

   Perubahan-perubahan peraturan memang banyak dilakukan oleh pihak pengelola kereta api. Memang semuanya dimaksudkan untuk menjadikan tronsportasi kereta ini lebih baik. Tapi perubahan tarif ini sangat berat bagi orang-orang sepertiku. Satu lagi perubahan peraturan yang mumbuatku sedikit merenung,yaitu soal pedagang asongan di dalam kereta yang kini dilarang berjualan saat kereta sedang berjalan. Mereka hanya boleh menjajakan dagangannya saat kereta berhenti di stasiun. Jika aku adalah salah satu pedagang asongan itu,pastilah aku akan menggerutu dengan peraturan baru itu. Karena berarti peluang mendapatkan pembeli sekarang akan berkurang. Dahulu dalam kereta ekonomi ini aku bisa melihat berbagai macam pedagang. Aku sendiri dulu menyebut kereta ekonomi ini adalah layaknya sebuah pasar yang berjalan. Berarti pula seperti sebuah pasar,kereta ekonomi adalah sumber kehidupan bagi pedagang-pedagang asongan itu. Dulu banyak pedagang di dalam kereta,mereka menjajakan dagangannya diantara sesaknya penumpang. Bagiku mereka adalah bunga-bunga kehidupan yang menggantungkan harapan diatas kereta ekonomi. Hari-hari mereka habiskan di dalam gerbong kereta,berharap rezekinya melimpah setiap hari. Tapi kini,entah harapan-harapan mereka masih tetap sama atau mungkin berkurang. Atau bahkan mungkin ada harapan yang hilang. Semoga harapan-harapan itu masih tetap ada,seperti kata pepatah "dimana ada kehidupan,disana masih ada harapan".


   Langit masih gelap ketika kereta berhenti di stasiun kecil sebuah kota di bumi pasundan. Aku segera turun dan disambut udara dingin pagi hari menjelang subuh. Kemudian kakiku pun melangkah melanjutkan perjalanan........

2 Mei 2013

Seorang Pemuda dan Anak Kecil

  Jika suatu hari ada seorang anak kecil datang padamu dan berkata "mas,tolong kasih saya uang buat makan. Ibu saya sakit,saya tidak punya bapak,tolong mas". Apa yang akan muncul di pikiranmu saat itu ? Mungkin rasa kaihan akan langsung masuk ke dalam pikiranmu. Atau mungkin bisa jadi batinmu akan berkata "ah,anak ini pasti sedang berbohong,di zaman sekarang memang banyak modus yang digunakan untuk meminta uang". Minimal dua pikiran itu mungkin akan langsung muncul di dalam benak misal kita mengalami kejadian diatas.

  Sore kemarin,sebelum pulang kerja aku duduk-duduk di dalam toko roti tempatku bekerja. Sambil istirahat aku ngobrol-ngobrol dengan teman-teman kerja yang menjaga toko. Saat itu tidak ada pembeli yang datang. Aku sedang ngobrol dengan Tina, Diah dan Eni sibuk menata dus roti, sementara Pak Udin sedang berbicara dengan seseorang ditelepon. Sesaat kemudian ada seorang pemuda yang masuk ke toko. Pemuda itu berperawakan kurus,memakai sweater merah-hitam. Dia memilih-milih kue,lalu mengambil satu dus cake tela ungu dan membawanya ke kasir. Saat Eni melayani pemuda itu untuk membayar kuenya,tiba-tiba ada seorang anak laki-laki kecil masuk ke toko. Umurnya sekitar 10 tahunan,kulitnya coklat muda,badannya kurus tapi terlihat bersih. Anak itu membawa sebuah bungkusan kecil dalam plastik hitam. Lalu dia berbicara pada kami,
"Mbak-Mas, lauk, tolong beli lauk ini, ibu saya sedang sakit ginjal. Saya tidak punya bapak dan saudara,saya hanya tinggal bersama nenek saya yang sudah tua".
Kami semua terdiam,lalu saling memandang satu sama lain. Entah apa yang sedang kami pikirkan. Kasihan? Tak percaya dengan omongan anak kecil ini? Aku mencoba meraba pikiranku sendiri, dan ingin rasanya tau apa isi pikiran teman-temanku. Setelah suasana diam sejenak tadi,Eni bertanya ke anak itu;
"Mau dijual berapa dik ?"
Seperti berpikir kemudian anak itu menjawab,
"20ribu kalau mau mbak"
Kami kembali terdiam. Pemuda pembeli kue tadi kemudian berbicara menawarkan kepada anak itu,
"Mau saya belikan makanan saja dik?"
"Gak mas,untuk makan besok soalnya,tadi sudah makan dikasih sama ibu-ibu di jalan,lauk ini yang ngasih juga ibu tadi mas" jawab anak itu dengan wajah memelas.
Aku mengamati keadaan ini dari tempat dudukku. Wajah-wajah kami terlihat seperti orang bingung.
Pemuda tadi bertanya ke Eni,
"Mbak,ada uang pecahan? Saya mau tukar 100ribuan"
"Gak ada ini mas" jawab Eni
Kebetulan uang di kasir hanya ada pecahan 50ribuan semua.
Kemuduian pemuda itu mengajak anak tadi keluar toko. Sementara aku masih terus memperhatikan dari dalam toko. Pemuda itu berjalan ke toko kelontong disamping toko kami.
"Permisi Bu,mau beli teh 1 pack "
Ibu pedagang mengambilkan teh celup 1 pack, lalu pemuda itu membayar dengan uang 100ribuan.
"Gak ada uang kecil saja mas ?" tanya si ibu.
"Gak ada Bu",pemuda itu menjawab sambil melihat isi dompetnya,
"Saya gak ada kembaliaannya mas" jbu itu menegaskan,
"Oh,yaudah kalau begitu Bu..."
Pemuda itu tidak jadi membeli tehnya.

  Kemudian pemuda itu menyebrang jalan raya menuju ke sebuah warung angkringan,anak kecil tadi mengikuti di belakangnya.
"Pak,beli es teh,sambil mau mecahin uang ini" pemuda itu berbicara ke pedagang angkringan sambil menyodorkan uang 100ribu.
"Wah,gak ada kembaliannya ini mas" jawab pedagang angkringan.
Pemuda itu pun tidak jadi membeli es teh.
Lalu pemuda itu mencoba meukarkan uangnya ke pedagang empek-empek di sebelah warung angkringan tadi. Bapak pedagangnya pun menjawab tidak punya. Anak kecil tadi kemudian berbicara ke pemuda itu yang sudah tampak lelah,
"Mas,gimana kalau saya tukarkan uangnya ke toko itu ?" tanya anak itu menawarkan sambil menunjuk subuah toko brownies di sebrang jalan.
Pemuda itu sejenak terdiam,lalu menjawab, "Ok,saya tunggu disini ya" sambil memberikan uangnya. Anak itu langsung menyebrang jalan dan masuk ke dalam toko brownies.
Sesaat kemudian anak itu keluar dan menghampiri pemuda tadi lagi dengan uang yang sudah ditukarkan. Pemuda itu lalu berkata,
"Kamu butuh uangnya berapa?"
"20ribu mas,kalau boleh" anak itu menunduk,
"ini 20ribu,kamu bawa saja laukmu untuk makan sama nenekmu di rumah" pemuda tadi berbicara sambil menepuk pundak anak itu,
"terima kasih mas,semoga rezeki mas lancar" anak itu mendoakan,
"amiin...kamu pulang hati-hati" kata-kata terakhir pemuda tadi.
Lalu anak itu pergi dan pemuda tadi kembali ke toko kami untuk mengambil kuenya.

  Aku dari tadi mengamati kejadian itu, antara seorang pemuda dan anak kecil. Mungkin ini hanyalah sebuah peristiwa sederhana, tapi aku mencoba melihat peristiwa tadi sebagai pelajaran hidup yang bisa aku ambil hikmahnya. Aku tidak tau entah anak itu jujur atau berbohong. Dalam benak pemuda tadi juga mungkin ada pemikiran seperti itu. Tapi dia yakin dengan apa yang dilakukannya. Dia tidak peduli tentang penilaian orang-orang di sekitar situ. Mungkin orang-orang akan berpikir dia sok baik,tapi pumuda tadi tetap melakukan hal itu. Ketika kembali ke toko kami pun dia hanya diam.

Jika sebuah niat baik muncul dalam hati,maka yakinilah niat itu dan kerjakan apa perintah niat baik itu.
Ini pelajaran yang aku dapat dari kejadian sore kemarin.

6 Februari 2013

Axpala Gowes to Jogja : Mengayuh Demi Kestabilan Udara Bumi Kita

  Akhirnya Axpala kembali beraktifitas setelah bertahun-tahun vakum. Axpala cuma sebuah nama, tidak penting apa artinya. Yang paling penting adalah apa yang kita lakukan. Kami hanyalah kumpulan anak muda dsebuah kampung yang kebetulan mempunyai hobi sama.Dulu kami bisa disebut Rempakem ato remaja pecinta kemping,yang sukanya hanya camping2 dan menikmati alkohol. Naek gunung hanya sesekali, mungkin memang apa yang kami lakukan dulu lebih banyak negatifnya. Tapi waktu terus berjalan, dan kami pun sedikit demi sedikit merubah pola pikir. Kini dengan generasi yang baru kami ingin melakukan aktifitas2 yang positif. Ya, kami hanya ingin mencoba me-renovasi perilaku, untuk menanamkan pikiran2 positif d otak kami sendiri khususnya.

   
  Tanggal 2-3 Februari 2013 kami bersama2 bersepeda dari Tuban Kidul sampai Pantai Parangkusumo Jogja. Berangkat dari titik O km yaitu rumahku, rombongan kami ada 7 orang yaitu aku, Azis, Danu, Yono, Cahyo, Fahri dan Upik. Start jam 14.30, ashar baru sampai embarkasi haji ban azis pecah,tapi setelah diperbaiki kami lanjut jalan. Magrib+isya kami sholat di masjid alun2 kota Klaten. Kemudian lanjut, d Prambanan kami istirahat untuk makan malam. setelah itu terus melanjutkan perjalanan, sampai akhirnya jam 1 dini hari kami sampai di pantai parangkusumo. Kami lamgsung buka tenda untuk camping, kemudian masak mie instan. sehabis makan kami langsung tidur.




  Paginya kami masak sarapan nasi+sarden, habis makan kami langsung maen air. Jam 9 kami meninggalkan pantai menuju Gumuk Pasir yg terkenal dengan sebutan Sahara van Java kata orang. Setelah itu kami menuju kota Jogja, ke Malioboro terus k Tugu Jogja. Jam 3 kami mulai mengayuh sepeda untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang kami dihajar oleh hujan, tp semua tetap semangat. Sampai akhirnya kami sampai rumah jam 21.30. Alhamdulilah semuanya berjalan dengan lancar.


Dunia bagaikan sebuah buku, siapa yang tidak bepergian maka dia hanya membaca satu halaman saja.

13 Januari 2013

GOWES KE WADUK KEDUNG OMBO



 Waduk Kedung Ombo adalah salah satu obyek wisata yang berada di kabupaten Sragen-Jawa Tengah. sebagian kawasannya ada yang masuk ke wilayah kabupaten Boyolali. Waduk ini juga dimanfaatkan untuk PLTA, jadi dari waduk inilah listrik yang aku gunakan tiap hari dihasilkan. Jaraknya dari Solo sekitar +-45km, jadi kalau dari rumahku di Kalioso jaraknya sekitar 32km.

13 januari 2013, jam 05.00 aku bangun, langsung ke kamar mandi untuk sebuah rutinitas tiap pagi. Setelah itu wudhu dan solat subuh,pikirku tak perlu mandi ntar juga kringetan(emang dasar males mandi).hehe. Selesai solat aku packing untuk persiapan gowes pagi ini. Tujuanku pagi ini adalah waduk Kedung Ombo itu. Aku akan gowes sendirian kali ini. Tanpa sarapanpagi, aku hanya minum segelas air putih. Kemudian sedikit peregangan otot biar gak kaku. Lalu pamit ibuku dan langsung berangkat, jam 05.45 strart dari kilometer 0 yaitu rumahku di Tuban Kidul. I want to ride my bicycle....i want to ride my bike.....sedikit menambah semangat di pagi yang mendung ini.

Menyusuri Jl.Raya Solo-Purwodadi ke arah utara. Langsung masuk wilayah kabupaten Sragen setelah melewati perbatasan wilayah dengan kabupaten Karanganyar yaitu jembatan kali Cemoro. Jalan raya ini rata2 landai tapi banyak bagian yang rusak berlubang. Musuh utama di jalan raya ini adalah bus2 jurusan Solo-Purwodadi yang sering ugal-ugalan dan truk2 pasir atau truk barang yang banyak lewat jalur ini. Pagi ini angin bertiup dari arah utara menghempas dada,sedikit menambah berat saat mengayuh sepeda.
jl.raya solo-purwodadi

Setengah jam perjalanan aku sampai di daerah Gemolong. Sebelum perempatan Gemolong aku mampir di indomaret untuk membeli baterai kamera. Setelah itu lanjut gowes ke arah Sumberlawang. Jalanan masih agak sepi,disebelah kiri jalan ada sebuah rel kereta api yang menghubungkan jalur kereta Solo-Semarang.
Awan mendung masih menggelayut di langit rendah,sekitar jam 07.00 aku sampai di pertigaan sebelum terminal Sumberlawang. Aku ambil arah kiri untuk menuju Kedung Ombo. Melewati pasar sapi Sumberlawang,disini aku beli sarapan di warung sekitar pasar. nasi bungkus oseng2 tahu+telur dadar+2 gorengan tahu seharga Rp 5rb. Jarak Kedung Ombo dari sini masih sekitar 15km lagi.

Setelah pasar sapi ini ke arah barat jalanan mulai naek turun dengan tajam. tapi kanan-kiri jalan banyak pohon2 rindang,cukup menyejukan. Saat jalan menurun tajam,rasanya senang sekali bisa meluncur dengan cepat tanpa mengayuh. Tapi saat tiba tanjakan yang tinggi kadang kaki sampai tak kuat mengayuh,jadi terpaksa harus tuntun sepeada. Sekitar 10km dari pertigaan Sumberlawang tadi aku mulai masuk kawasan hutan lindung Gundhi. Setelah itu aku tiba di sebuah pertigaan jalur ke Kedung Ombo dan ke Purwodadi. Aku ambil arah kiri. Mendung yang dari tadi menggelayut akhirnya menumpahkan air hujan rintik2, menyegarkan sekaligus memerihkan muka.

jalan sebelah bendungan

Bendungan Kedung Ombo sudah terlihat, aku mengayuh sepeda di sebelah tanggul bendungan yang tinggi. Jalan menurun kemudian belok kanan melewati jembatan kecil,setelah itu belok kiri ke arah obyek wisatanya. Jalanan mulai sangat rusak dan menanjak pula. Sampai akhirnya jam 08.15 aku tiba di OW.Kedung Ombo. Tiket masuk Rp 4rb per orang. Suasananya masih sepi pagi ini,paling cuma pedagang2 yang menyiapkan dagangannya. Aku langsung mencari tempat untuk istirahat dan sarapan.

Disini banyak warung2 yang berjualan makanan dari ikan khas waduk ini. Ada juga taman bermain anak2, ada panggung untuk hiburan juga. Fasilitas wisata disini memang sudah memadai. Setelah istirahat sekitar 45menit aku kembali gowes sepedaku untuk pulang. Jam 09.00 aku mulai jalan dari Kedung Ombo,melewati jalur yang sama waktu berangkat. Dalam perjalanan pulang aku merasa kayuhanku lebih cepat,mungkin karena sudah tau jalurnya.
Matahari mulai menampakkan diri, keringatku pun mulai mengucur deras. Menjelang siang Jl.Raya Solo-Purwodadi semakin ramai. Tapi aku masih semangat mengayuh sepedaku walau di bawah terik matahari. Sampai akhirnya jam 11.00 aku tiba di rumah lagi dengan selamat. Alhamdulillah.
jalan yg harus dtempuh




burung diatas bendungan

pohon rindang

Gowes pagi ini cukup menyenangkan, walau pun sendiri dalam perjalanan bersepeda bukan berarti aku kesepian. Tapi malah membuatku semakin tau batas kemampuan diriku.

"Renovasi fisik untuk masa depan....."

Catatan :
Berangkat> 2 jam 30 menit
Pulang> 2 jam
Rata2 kayuhan +-12 km/jam

7 September 2012

Gowes Ke Pantai-Pantai Gunung Kidul (Bikepacker)

Libur lebaran yang panjang biasanya dimanfaatkan banyak orang untuk berekreasi. Aku dan Azis (adikku) juga akan memanfaatkan waktu ini untuk berpetualang dengan sepeda kami. Jika biasanya aku bepergian dengan naik kereta, bus, motor atau numpang truk, kali ini aku bepergian dengan cara bikepacking. Bersama adik dan sepupuku, Danu, kami akan gowes sepeda ke daerah Gunung Kidul, Jogja. Gunung Kidul adalah sebuah wilayah Kabupaten di Provinsi Yogyakarta. Daerah ini terkenal dengan tanahnya yang gersang. Namun meski gersang Gunung Kidul menyimpan begitu banyak potensi wisata, seperti pantai-pantainya yang indah, goa-goa dengan sungai di dalamnya, serta kerajinan khas. Potensi wisata inilah alasan kami memilih Gunung Kidul  sebagai tujuan kami kali ini. Dan ini adalah salah satu petualangan yang sudah lama ingin kami lakukan bersama. 
start: azis-danu-aku


Tanggal 21 Agustus 2012, pukul 04.00 pagi aku dan Aziz sudah bangun. Kami gantian untuk mandi, setelah itu solat subuh. Semua barang dan perlengkapan sudah kami packing malam sebelum tidur. Pukul 05.00 Danu datang lalu kami sarapan bersama. Ibuku sudah bangun pagi-pagi untuk membuatkan kami sarapan. Pukul 05.30 kami pamit berangkat pada orangtuaku. Start dari rumahku di Tuban Kidul, Gondangrejo, Karanganyar, melewati Jl. Raya Solo-Purwodadi menuju arah Solo. Sekitar 1 jam perjalanan kami sampai di Keraton Surakarta kemudian melanjutkan perjalanan melalui Alun-Alun Kidul Keraton menuju Jl. Solo-Sukoharjo. Sekitar jam 08.00 kami tiba di Alun-Alun Sukoharjo. Di sini kami beristirahat sebentar kemudian lanjut gowes ke arah Tawangsari. Jalanan mulai ramai oleh kendaraan bermotor , sinar matahari juga mulai terik. Jalan yang kami lalui mulai naik-turun.
keraton Surakarta


Sekitar pukul 11.00 kami mulai memasuki wilayah Gunung Kidul. Panas matahari tambah menyengat, apalagi daerah Gunung Kidul memang terkenal gersang. Tanah-tanahnya kering, di kiri-kanan jalan banyak terdapat pohon-pohon jati yang meranggas. Pukul 12.00 siang kami tiba di daerah Semin, di sini kami mencari warung makan dan masjid untuk sholat. Azis sempat mengganti rantai sepeda di bengkel dekat masjid karna ada masalah dengan rantai sepedanya. Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan,sering kami harus menuntun sepeda karena tak kuat menaiki tanjakan. Dari daerah Semin kami menuju daerah Karangmojo terus lanjut ke arah Wonosari. Jalan lebar dan halus, tetapi tetap naik turun dengan tanjakan-tanjakan yang memaksa kami turun dari sepeda. Kami sering sekali istirahat, maklum kami bukan pembalap Tour de France, hehe.. Bahkan setiap waktu sholat kami istirahat lebih lama sambil tiduran dulu di teras masjid.
masuk kabupaten Gunung Kidul


Selepas Ashar kami melewati daerah Wonosari menuju Tepus. Jalanan sempat macet karena banyak wisatawan yang melalui jalan ini untuk pulang. Ke arah Tepus jalan penuh dengan tanjakan yang melelahkan. Magrib tiba, kami belum juga sampai di pantai tujuan kami. Habis magrib kami lanjut gowes malam hari tanpa lampu senter di sepeda kami. Kami hanya memakai lampu tanda di belakang sepeda. Setelah melewati Tepus kami tiba di pertigaan, ke kiri adalah arah ke Pantai Siung dan Pantai Indrayanti, sedangkan ke kanan adalah arah ke pantai Sundak, Pantai Krakal dan Baron. Kami mengambil arah ke kanan menuju Pantai Sundak yang masih berjarak 5 Km lagi. Perjalanan malam sangat menegangkan. Jalanan gelap gulita dengan turunan dan tikungan tajam. Kadang kami harus saling teriak untuk memberi tanda kalau ada belokan. Sampai akhirnya sekitar jam 20.00 suara ombak sudah terdengar. Akhirnya kami tiba di Pantai Sundak. Kami senang sekali bisa sampai dengan selamat setelah ± 15 jam perjalanan dari rumah.
camping

pantai sundak


 Kami langsung membuka tenda dan masak untuk makan malam. Kami sudah sangat lapar setelah gowes seharian. Pantai Sundak cukup indah dengan pasir putihnya, di sini juga ada camping area yang cukup luas. Fasilitas wisata juga sudah cukup lengkap. Tapi sayang musim liburan ini malah membuat pantai tambah kotor karena kurangnya kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan agar pantai tetap terjaga kebersihan dan keindahannya. Malam, kami harus tidur untuk memulihkan tenaga. Esok perjalanan masih panjang.


Pagi, kami bangun dengan semangat, tapi ternyata air laut sedang surut jadi di pantai hanya terlihat karang-karang. Akhirnya kami memutuskan untuk menyusuri pantai ke arah barat. Kami langsung packing dan siap menggowes sepeda lagi. Gunung Kidul benar-benar kaya dengan objek wisata. Kami sempat mampir ke Pantai Sadranan lalu menyusuri tepian pantai Krakal, terus ke arah barat menuju pantai Baron. Di sepanjang jalan menuju pantai Baron sebenarnya banyak pantai yang dilewati, tapi kami tidak sempat mengunjunginya karena waktu yang terbatas. Diantara pantai yang kami lewati antara lain Pantai Sepanjang, Watukodok, Drini dan Pantai Kukup. Sekitar pukul 08.30 kami sampai di Pantai Baron, pantai ini cukup terkenal di daerah Gunung Kidul. Di sini terdapat aliran sungai air tawar yang berasal dari Goa Kalisuci dan bermuara langsung ke laut di Pantai Baron ini. Kami sempat mandi di sini. Semakin siang pengunjung Pantai Baron semakin ramai. 
pantai sadranan


pantai krakal

pantai baron


Pukul 11.00 kami meninggalkan Pantai Baron, kembali menyusuri jalan raya dengan sepeda kami. Matahari memang menjadi musuh utama kami. Panasnya yang menyengat sangat menguras energi, membuat kami boros air minum. Perjalanan pulang ini sama melelahkannya dengan saat berangkat. Tanjakan-tanjakan tajam seakan tak ada habisnya, memaksa kami harus menuntun sepeda di bawah terik matahari. Untung semangat kami tidak pudar, walau sudah jarang terlihat senyum di wajah kami karna terlalu lelah, hehe..


Kami terus gowes melewati daerah Paliyan, menuju Playen lalu lanjut ke Pathuk melewati jalan raya Jogja-Wonosari. Di perjalanan pulang kadang kami meminta air minum ke rumah penduduk atau pos polisi. Penilaian bahwa orang-orang Indonesia itu baik dan ramah adalah benar, kami merasakannya sendiri.  Magrib kami baru sampai di daerah  Pathuk, melewati Bukit Bintang sambil sesekali melihat pemandangan lampu-lampu kota Jogja yang indah dari ketinggian. Turunan dan tikungan tajam kami lewati dengan senang hati sekaligus sedikit was-was karena jalanan macet .
sungai dari goa kalisuci

di jalanan


Akhirnya kami tiba di daerah Piyungan dan ishoma di daerah ini. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan menuju Prambanan, melewati objek wisata Candi Prambanan. Lalu lanjut ke daerah Klaten, di sini kami senang karena jalanan mulai datar dan tak ada lagi panas matahari karna telah digantikan angin malam. Dari Klaten terus melewati Jl. Raya Solo-Jogja sampai Kartasura. Dari Kartasura  kami ambil arah kiri ke bandara, terus belok kanan ke arah Pandean, lanjut ke Kalioso melewati jalan di perkampungan . Sampai akhirnya jam 01.30 tanggal 23 Agustus kami tiba di rumah. Lelah, cape, pegal semua terasa di badan. Tapi kami menjalani petualangan ini dengan hati yang senang. Aku teringat ucapan Gola Gong : Dunia adalah sebuah buku, dan mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman saja.


Rute Perjalanan :
Kalioso-Solo-Sukoharjo-Tawangsari-Semin-Karangmojo-Wonosari-Tepus-Pantai Sundak-Pantai Sadranan-Pantai Krakal-Pantai Baron-Paliyan-Playen-Pathuk-Piyungan-Prambanan-Klaten-Kartasura-Bandara-Pandean-Kalioso.


Ucapan terimakasih :
-Tuhan YME
-Azis dan Danu (saudara dan teman perjalanan yang jarang mengeluh)
-Orangtuaku
-Orang-orang baik yang kami temui dalam perjalanan

14 Agustus 2012

Trip Backpacker Kusam ke Sumbawa-Lombok-Bali (tamat) : Di atas awan Gunung Agung dan Senja Pantai Kuta


Perjalanan kami mulai tanggal 25 Juni 2012. Pukul 11.00 kami berangkat dari PMI Selong-Lombok Timur menuju Pelabuhan Lembar. Dari sini kami menyebrang Selat Lombok selama lima jam ke Pelabuhan Padangbai –Bali. Di Pelabuhan ini kami sempat bersitegang dengan calo mobil carry tujuan Denpasar sampai kami dikata-katain kere. Ini berawal karena kami menolak harga yang ditawarkan oleh calo itu sebesar 50 ribu. Tapi akhirnya sopir carry itu pun mau mengantar kami ke Denpasar dengan harga yang kami tawar yaitu @35 ribu. Di Bali memang susah mendapat transport umum, apalagi pada malam hari, jadi kami harus rela membayar lebih mahal. Di Denpasar kami akan ke Sekre Mapala Citta Mandala menemui Bang Brimob, teman Loker. Pukul 22.00 kami sampai di Universitas Warmadewa-Denpasar. Bang Brimob dan Mas Arif langsung menemui kami dan langsung mengajak ke Sekre. Mereka menyambut kami dengan ramah. Kami akan menginap di sini selama di Bali.  


Bali sungguh menawarkan sejuta pesona tentang keindahan alam dan kebudayaannya. Tak salah jika pulau ini menjadi pintu gerbang bagi turis-turis mancanegara untuk masuk ke Indonesia. Paginya, selasa 26 Juni 2012 Mas Arif mengajak kami untuk jalan-jalan ke Taman Budaya Bali di Jalan Nusa Indah yang tak jauh dari kampus. Di sini sering diadakan Pesta Kesenian Bali. Di acara yang diadakan setiap tahun ini banyak dipamerkan kesenian khas Bali diantaranya tarian-tarian, produk kerajinan dan berbagai macam kuliner. Semua wilayah dari Provinsi Bali ikut memeriahkan pesta kesenian ini.
pentas seni


Setelah dari Taman Budaya kami mampir ke sebuah toko oleh-oleh khas Bali. Habis itu kami kembali ke Sekre untuk istirahat dan siap-siap karena malam nanti kami akan mendaki Gunung Agung. Kami akan naek dari jalur Pura Pasar Agung-Selat. Untuk transport kesana kami menyewa mobil dari tempat rental karena di Bali ini jarang ada angkutan umum.


Pukul 22.00 Bang Brimob datang menjemput kami di Sekre, dia datang bersama Beli Made, Bang Adam dan Mas Ali. Kami pun segera siap-siap dan langsung berangkat menuju Pura Pasar Agung. Setelah menempuh perjalanan hampir 2,5 jam akhirnya kami sampai di Pura Pasar Agung. Kami istirahat dulu di pos jaga parkiran pura ini. Baru pukul 01.30 tanggal 27 Juni kami memulai pendakian, yang ikut mendaki adalah aku, Budi, Ape, Tanjung, Mas Ali dan Bang Adam. Sementara itu Bang Brimob , Beli Made dan Mas Arif menunggu di parkiran. Dari Pura ini untuk sampai ke puncak bagian selatan Gunung Agung diperlukan waktu sekitar 5 jam. 


Trek awal kami harus melewati anak tangga lebar menuju pura, sampai di depan gerbang Pura kami belok mlipir bagian kiri pura, setelah itu baru masuk jalur pendakian yang berupa jalan tanah setapak. Trek terus saja menanjak, hampir tidak ada bonus jalan landau di sepanjang jalur ini. Di sini juga tidak ada sumber air. Mendekati batas vegetasi medan berganti dengan trek bebatuan dan masih terus menanjak, angin juga bertiup cukup kencang. Di batas vegetasi  kami istirahat lumayan lama  di balik batu untuk menghindari hembusan angin. Setelah hampir lima jam mendaki tanjakan-tanjakan, pukul 7 kami sudah sampai di puncak selatan Gunung Agung. Di sebelah barat daya tampak puncak tertinggi Gunung Agung yang bisa didaki dari jalur Besakih, sebelah timur juga terlihat Gunung Rinjani di kejauhan. Dan di bawah kami, lautan awan nampak sangat indah, serasa berada di negeri atas awan.
puncak selatan gn.agung



Pukul 07.45 kami turun, perjalanan turun juga cukup melelahkan. Setelah sekitar 2,5 jam berjalan akhirnya kami sampai di parkiran. Dan tak lama menunggu Bang Brimob datang membawakan nasi kuning Bali untuk kami sarapan. Pukul 13.00 kami meninggalkan pura Pasar Agung. Kami diajak mampir ke rumah Bang Brimob untuk membersihkan badan. Setelah itu kami ke Kuta untuk menemui teman-temannya dari Sulawesi. Di Kuta kami jalan-jalan ke pantai, di sini kami ditraktir oleh Mbak Irma, teman Bang Brimob. 

Kuta sangat ramai oleh para wisatawan, baik lokal maupu mancanegara. Dan banyak juga yang sengaja menunggu sunset di sini. Aku cukup menikmati senja di pantai Kuta ini. Aku bersyukur  bisa menginjakkan kakiku di Pantai yang menjadi bagian surga dunia nya Bali.


Keesokan harinya tanggal 28 Juni, Ape dan Tanjung pamit meninggalkan Bali untuk melanjutkan petualangan mereka ke Semeru, Jawa Timur. Sementara aku dan Budi masih stay di Bali. Di sini aku juga sempet maen ke rumah Alex, temen dari Boyolali yang sedang bekerja di Bali. Dia tinggal bersama kakak-kakaknya, mereka menyambut kami dengan baik. Jumat tanggal 29 Juni aku dan Budi naik lagi ke Gunung Agung bersama teman-teman dari Sulawesi dan dari Mapala Citta Mandala. Tapi pendakian kali ini kami tidak sampai di puncak, teman-teman memutuskan tidak melanjutkan perjalanan karena cape dan ngantuk.  

kawan-kawan

Sepulang dari pendakian kedua ke Gunung Agung, aku dan Budi kembali ke rumah Alex dan menginap di sana. Tanggal 2 Juli kami pamit dari rumah Alex, yang berarti kami juga mulai meninggalkan Bali. Selamat tinggal Bali, terimakasih untuk kenangan, keramahtamahan dan keindahan yang kau beri pada kami.. 



Kami pun memulai perjalanan pulang ke Solo dan malamnya menginap di Stasiun Banyuwangi karna kereta berangkat esok hari. Pagi tanggal 3 Juli kereta Sri Tanjung baru berangkat. Kami sempat bertemu Chandra (temenku dari Surabaya) di Stasiun  Wonokromo-Surabaya saat kereta berhenti  siang itu. Malam pukul 19.00 kereta pun tiba di Solo. Aku dijemput temanku, Budi (Kamplenx) di Stasiun Jebres, setelah itu kami mampir ke kostnya. Dari kost aku dijemput Plonco untuk pulang ke rumahku di Kalioso. Pukul 21.00 aku sampai di rumah. Home sweet home. Setelah hampir sebulan aku berpetulang sekarang aku harus kembali ke rumah. Lelaki memang harus pergi, tapi juga harus pulang (Gola Gong).

stasiun banyuwangi

Ucapan terimakasih :
Tuhan YME
Budi, Ape, Tanjung
Bang Brimob, Mas Arif, Beli Made, Mas Ali, Bang Adam
Teman-teman Mapala Citta Mandala
Teman-teman Sulawesi
Alex sekeluarga
Kamplenx sekost
Plonco


30 Juli 2012

Trip Backpacker Kusam ke Sumbawa-Lombok-Bali Part 5 : Keindahan Sunset dan Sunrise di Gili Trawangan

Part 5 : Keindahan Sunset dan Sunrise Gili Trawangan
Pulau yang indah..
Bersih pantainya
Ga ada polusi dan polisi
Yang ada hanya andong, alat transportasi di pulauku
Turis-turis asing pada berdatangan, tuk dapat menikmati surga di dunia…


Ya, lirik lagu dari Richard dGilis inilah yang membuatku ingin datang ke Gili Trawangan. Orang Lombok sendiri menyebut pulau ini Pulau Kebebasan, ada juga yang menyebutnya Pulau Bule karna memang kebanyakan yang berkunjung kesini adalah turis asing (bule). Gili Trawangan sendiri adalah salah satu Gili terbesar (dalam bahasa Lombok gili berarti Pulau) dari deretan tiga gili yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan, semua gili ini berada di wilayah Lombok Barat.
rumah bp.amak karim

23 Juni 2012 perjalananku dan Budi dimulai dari rumah Pak Amak Karim. Dari sini kami bersama Ape dan Tanjung naik mobil pick up ke pasar Anyar dengan ongkos @Rp.15.000,00. Di pasar ini kami menunggu lumayan lama karna elf masih ngetem. Pukul 13.00 mobil elf yang kami tumpangi mulai berjalan. Dari Pasar Anyar kami akan menuju Perempatan Pemenang dengan ongkos @Rp.17.500. perjalanan ke Pemenang ditempuh dalam waktu dua jam menyusuri jalan raya yang berada di tepi pantai, jadi kami tidak merasa bosan selama dalam perjalanan. Pukul 15.00 kami sampai di Perempatan Pemenang, dari sini kami naik andong (orang sini menyebutnya cidomo) ke Pelabuhan Bangsal dengan membayar @Rp.2.500, 00. Awalnya untuk menghemat kami mau jalan kaki dari Pemenang-Bangsal yang letaknya tidak terlalu jauh, tapi karna sudah kesorean kami pun pilih naik andong.
ke Anyar

bangsal

Pelabuhan Bangsal adalah Pelabuhan penyebrangan untuk menuju Gili Trawangan dan Gili lainnya. Tapi selain dari Bangsal, untuk menuju Gili Trawangan juga bisa menyebrang dari Senggigi. Suasana di pelabuhan Bangsal saat itu lumayan rame, banyak penumpang yang akan nyebrang ke Gili Trawangan juga. Kami membeli tiket penyebrangan dengan biaya @Rp.10.000,00. Di sini kami berkenalan dengan 3 orang backpacker dari Jogja yaitu Mas Pupung, Mas Eko dan Dandi yang juga hendak ke Gili Trawangan. Tak lama menunggu, perahu pun segera berangkat.

30 menit menyebrang akhirnya pukul 16.00 kami pun tiba di Gili Trawangan. Suasana di sini ternyata ramai sekali, banyak wisatawan yang berkunjung. Turis asing yang berkunjung kesini lebih banyak daripada wisatawan lokal. Sepanjang jalan di pinggir pantai pulau ini banyak terdapat hotel dan cafe-café. Penginapan murah untuk backpacker pun tersedia di sini, tapi letaknya agak ke dalam, jauh dari pantai. Karena budget yang minim maka kami memilih menginap di tenda kami sendiri, hehe..  di sini juga terdapat banyak tempat penyewaan sepeda dan alat-alat snorkeling. Selain itu banyak agen-agen wisata yang menawarkan kegiatan diving.


Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari tempat untuk melihat sunset. Turun dari perahu kami berjalan ke arah kanan menyusuri jalan di tepi pantai menuju bagian utara pulau ini. Sebenarnya di bagian barat pulau lebih sepi jadi lebih enak untuk dinikmati, tapi karna sudah malas jalan lagi jadi kami berhenti di bagian utara. Dari sini dapat terlihat Gunung Agung yang berada jauh di Pulau Bali sana. Kami menikmati senja dengan duduk-duduk di pantai menunggu sunset. Dan ketika sunset benar-benar tiba, pemandangan sunset yang dihiasi siluet Gunung Agung terlihat begitu indah.


Sunset

Puas menikmati sunset kami mencari tempat camp, di dekat gardu PLN kami membuka tenda, sebab di sini ada tempat terbuka untuk tenda kami. Kami camping bersama teman-teman Jogja yang kami jumpai di pelabuhan Bangsal tadi. Malamnya kami masak untuk makan malam, kami memang tidak ada planning jajan di Pulau ini (ngirit bro, hehe), jadinya kami masak sendiri untuk makan malam. Malam ini kami habiskan dengan duduk-duduk di tepi pantai sambil ngopi dan mendengarkan musik reggae dari mp3 player. Sementara suasana malam di café-café pasti jauh lebih rame, di sana biasanya ada hiburan live musik reggae dan api unggun. Pukul 00.00 aku baru tidur.

24 Juni 2012 aku sudah terbangun dan langsung bikin kopi, seperti dalam lagu Anak Pantai nya Imanez, hehe.. Ketika membuka tenda ternyata pemandangan pagi di sini sangat indah. Fajar pagi dengan warna langitnya yang mempesona ditambah siluet Gunung Rinjani yang terlihat. Dan suara deru ombak juga menambah indahnya harmoni  alam di pagi hari. Sungguh memuaskan melihat pemandangan matahari terbit di Gili Trawangan. Sehabis sarapan pukul 08.00 aku jalan-jalan keliling pulau, butuh dua jam untuk mengelilingi Gili Trawangan dengan jalan kaki. Pukul 10.00 kami packing dan siap-siap meninggalkan pulau.

sunrise


Pukul 11.30 kami meninggalkan Gili Trawangan. Waktu yang singkat di pulau ini cukup untuk memberikan kenangan yang indah dengan pemandangan sunset dan sunrisenya. Dari Gili Trawangan kami kembali ke PMI Selong –Lombok Timur untuk pamitan ke teman-teman di sana sebelum kami melanjutkan petualangan ke Bali. Di PMI kami menginap 1 malam lagi.


Info Transport :
Senaru-Anyar, naek pick up/elf = @Rp.15.000
Anyar-Pemenang, naek elf         = @Rp. 17.500
Pemenang-Pelabuhan Bangsal , naek cidomo = @Rp.2.500
Pelabuhan Bangsal-Gili Trawangan, naek perahu  = @ 10.000
Atau dari Terminal Mandalika (Mataram)-Pemenang naek elf jurusan Anyar turun perempatan Pemenang = @Rp.10.000