5 Maret 2016

Lelaki Tua




Lelaki Tua

Senja hilang tertelan gelap
Di seberang sudut terminal
Lelaki tua duduk bersandar angan
Mata menatap nanar kekosongan
Rambut gimbal melilit kehampaan
Kulit berkerak menantang kesedihan
Celana berlubang membebaskan zakarnya

Tak ada tangan sudi menggenggam
Orang bilang dia lelaki gila
Aku, kau, dia, atau mereka yang gila ?

Lelaki tua cermin kehidupan
Bertahan di dalam kegilaan
Sedang kita, mungkin cermin kematian
Hati kita mati perlahan di tengah kehidupan

SB
2015


Sastra Jelata



 
foto:sidiqbachtiar

Sastra Jelata

Aku mencintai sastra yang sederhana
yang mudah dimengerti oleh kaum jelata
bukan sastra yang mengangkasa
yang hanya dimengerti oleh para dewa
karena kita hidup di bumi manusia
bukan di langit para dewa

SB
01/Mar/2016

3 Maret 2016

Saldo Kas Masjid Desa

 
 Pulang dari masjid.
Isya tadi di masjid, saya melihat laporan keuangan masjid yang ditempel di papan informasi. Saya tercengang melihat jumlah saldo yang tertera yaitu 82juta rupiah. Jumlah yang sangat besar bagi orang seperti saya. Saya ikuti dari atas sampai bawah laporan pemasukan dan pengeluaran yang tercantum. Pemasukan rutin setiap hari jumat rata-rata 700rb-1juta setiap minggunya. Sedang pengeluaran untuk acara pengajian, tafsir alquran, (dua pengeluaran itu mungkin untuk snack). Terus pengeluaran pajak listrik dan pemeliharaan kebersihan. Lalu pengeluaran perbaikan jalan.
 
Saya heran dengan hal itu, apakah masjid desa saya pengeluaran tiap bulannya hanya sekitar hal-hal seperti itu. Saya berpikir kenapa tidak ada pengeluaran untuk hal-hal lain, misal santunan untuk anak yatim, santunan untuk janda atau orang tua jompo, atau mungkin santuan untuk orang sakit.
Saya memang tidak terlalu pandai dalam hal agama.Tapi saya rasa dalam Alquran sudah jelas perintah-perintah tentang hal itu(saya tidak hafal ada dalam surat apa dan ayat berapa). Bukankah perintah-perintah untuk sedekah atau pun menyantuni fakir miskin dan anak yatim itu sudah jelas ?
 
Saya heran kenapa masjid di desa saya malah tidak/mungkin belum melaksanakan hal itu. Bukankah seharusnya masjid menjadi sebuah lembaga yang memberikan contah kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal itu ? Bukan malah menumpuk kas masjid sampai begitu banyaknya, yang mungkin malah disimpan di Bank. Uang sebegitu banyaknya hanya diam tak berguna.
Saya rasa sekarang sudah saatnya kita merubah pemikiran bahwa “Masyarakat harus memakmurkan masjid.” Pemikiran itu mungkin sudah saatnya harus dirubah menjadi “Masjid harus bisa memakmurkan masyarakat.”
 
Memang pengajian-pengajian dan tafsir-tafsir itu perlu, tapi saya rasa masyarakat itu sudah sangat hafal dengan doktrin-doktrin agama. Sekarang mungkin yang paling perlu adalah contoh nyata dalam tindakan mengamalkan perintah-perintah dalam Alquran itu. Dan masjid harusnya menjadi lembaga yang memulainya.
 
Saya menulis ini karena di desa saya para orang tua selalu menganggap remeh pendapat-pendapat/pemikiran para pemuda. Apalagi pemuda dengan pemahaman agama yang dangkal seperti saya ini.
Saya heran dengan desa saya, apalagi dengan masjidnya ini. Mungkin masjid desa saya ini adalah cermin masyarakatnya. Masjid saja suka menumpuk-numpuk uang kas, masyarakat mungkin mencontoh juga dengan ikut menumpuk-numpuk harta.
 
Semoga masyarakat desa saya bahagia.
 
SB
Januari,2016
 
(Ini catatan saya di bulan Januari lalu. Tadi waktu ashar ke masjid saya lihat laporan kas bulan lalu yang ditempel di papan pengumuman. Kini saldonya sudah mencapai 92juta. Alhamdulillah, masjid desaku semakin kaya saja.)

Bersyukur di Denyut Pagi




foto:sidiqbachtiar

Bersyukur di Denyut Pagi

Ku pijakkan kaki pada denyut pagi
yang membangunkan bumi
Jiwa-jiwa bertebaran ke segala penjuru mata angin
Mengejawantahkan mimpi-mimpi
yang dirajut hari kemarin, mungkin tadi malam
Saat tangan-tangan ditengadahkan ke langit
Saat mata ditakzimkan ke dalam gelap
Saat napas berdegup memburu kata-kata

Pada matahari aku sandarkan mimpi
Hangatnya membasuh diri sampai kebekuan jiwa mencair
Menetes, meresap ke dalam sendi-sendi kehidupan
Saat udara disatukan dengan langkah kaki
Saat tenaga memberi janji pada peluh keringat
Saat semangat terus dilahirkan dalam jiwa setiap hari

Pada hidup aku syukuri diri
Atas keberanian yang disemayamkan di hati
Atas kebahagiaan yang diciptakan Sang Maha Pemberi

SB
25/Feb/2016

2 Maret 2016

Tapal Keluh Gerobak Soto





Tapal Keluh Gerobak Soto

Tapal kaki lelah menumpuk pada ujung dini hari
Menggandeng gerobak harapan di tepi jalan
Rintik hujan membuat pucat pasi wajah yang menanti
Lampu-lampu kota dan kendaraan berpendar ke langit
Riuh bongkar-muat sayuran didaur ulang tiap malam
Wajah-wajah penuh guratan nasib mengulas tawa dan makian
yang bersahaja menjalani takdirnya
 
Kau duduk di kursi plastik memandangi jalanan
Berdoa lalu-lalang di depan matamu menepi
Mendekatimu dan memesan semangkuk kehidupan
yang kau sajikan bersama impian
Tentang keluarga yang berkecukupan
Tentang kesederhanaan menerima pembagian tangan langit
Sesekali keluhan keluar dari tutur lugumu
 
Memang, Kita manusia
Tak bisa lepas dari mengeluh
Lekat melekat pada diri
Sampai tamu tak diundang menjemput kita nanti
Hanya menekan keluh yang kita bisa
Atau serahkan keluhan pada empunya
Pada penguasa langit yang mencipta kita

SB
Januari,2016

(Untuk sahabat, yang merajut harapan di tepi jalan.Semoga keluargamu bahagia kawan)

1 Maret 2016

Untuk Para Penghamba Kasta





Untuk Para Penghamba Kasta

Untuk kalian yang menghamba pada kasta
Bersiaplah kecewa pada keadilan Tuhan
Bahwa sejatinya kita semua sama manusia
Kita terlahir dari saripati yang sama
Dengan warna darah dan tulang yang sama
Dan akan kembali ke dalam bumi yang sama

Apa yang ingin kalian banggakan?
Apakah harta? Apakah tahta? Apakah gelar?
Apakah suku? Apakah bangsa? Apakah agama?
Masih ingin kalian meninggikan diri?
Sedang kalian tak punya kuasa apapun atas diri kalian sendiri

Untuk kalian yang menghamba pada kasta
yang masih terbelenggu dengan sistem feodal warisan nenek moyang
Setinggi-tingginya kalian meninggikan diri
sejatinya kalian sedang merendahkan diri sendiri
di hadapan jiwa semesta raya

Untuk kalian yang menghamba pada kasta
Doaku menyertai kalian
Demi sebuah pencerahan
Mengolah rasa dalam menjalani kehidupan
Bukan mengolah materi  untuk menghamba duniawi

Untuk jiwa-jiwa yang menghamba pada kasta
Mari kembali menyelami diri
Untuk menjadi jiwa-jiwa yang sejati
 
SB
01/Mar/2016