8 November 2015

Cerita Untuk Anakku




Anakku...
Tawamu adalah matahari
Senyummu adalah rembulan
Tangismu adalah hujan

Anakku...
Aku ingin bercerita padamu
Tentang negeri yang kita cinta
Tentang tanah kehidupan kita

Banyak cerita...
Tentang tingginya gunung-gunung
Tentang luasnya lautan
Tentang keragaman budaya
Tentang ramah tamah manusia
Tentang negeri tropis kaya raya

Dengarkan juga cerita...
Tentang hutan yang hilang
Tentang sungai yang berhenti mengalir
Tentang satwa yang dipunahkan
Tentang kota yang tenggelam
Tentang udara yang penuh asap dan debu

Ada juga cerita...
Tentang perselisihan atas nama agama
Tentang perebutan kekuasaan
Tentang kebenaran yang dibungkam
Tentang kejujuran yang dikerdilkan
Tentang keberanian yang dimatikan

Anakku...
Tak perlu kau takut
Dengan semua cerita itu
Terus berikan senyummu
Pada teman dan tetanggamu
Pada setiap orang yang kau temui
Dan cintailah negeri ini
 
23/10/2015

2 November 2015

Sajak Jalanan dan Sampah






Sajak Jalanan dan Sampah

Aku mencari kata di jalanan
Menemukan bacaan di terminal
Mesin berteriak
Kondektur meraung
Asongan menderas ayat-ayat
Toilet menunggu jamaahnya
Kursi-kursi melayani kebosanan
Warung-warung kepanasan
Gorengan lemas menempel koran bekas
Gelas kopi aroma rokok
Bis-bis tua berdansa
Gerobak-gerobak menggenapi kakinya
Klakson amarah memecah udara
Petugas panen logam

Aku menemukan kata di tumpukkan sampah
Di ujung botol plastik tersimpan sebuah bibir
Plastik kresek bercerita tentang pasar
Kertas-kertas bergambar kebodohan
Koran bekas berita ampas
Botol kosmetik buruk rupa
Puntung rokok sesak nafas
Kaleng susu sok bergizi
Panci berkarat bau nasi
Label pakaian pamer harga
Bercerita tentang si kaya

Temui kata di riuh jalanan
Temui makna di tumpukan sampah
Sajakkan saja jalanan
Sajakkan saja sampah
Sajakkan saja kehidupan
 

Tengah malam,24/10/2015




27 Oktober 2015

Malam Pasar



Hening malam menjadi awal
Saat mimpi seharusnya merajai
Saat tubuh seharusnya direbahkan
Sebagian manusia memulai kehidupan

Jalan sunyi  remang cahaya
Di bawah naungan gelap langit
Di antara kantuk tak tertahan
Sebagian manusia memutar roda ekonomi

Sepeda ku kayuh pelan
Bau busuk sampah di pojokan
Tingkah polah tikus berlarian
Aroma jajanan pasar mulai diolah

Kios berdinding seng
Menghidupi sepasang manusia
Mata kuyu bibir mengulas senyum
Melayani manusia-manusia malam yang lapar

Daun jati bersandar di punggung
Seorang renta berjalan perlahan
Dari desa kecil meniti malam
Telanjang kaki menapaki aspal

Sayur-sayur hijau di atas bangku
Buah-buah segar di dalam kotak kayu
Seorang ibu bersandar meja
Keriput wajah pertanda tua

Sepi malam baginya awal
Melawan kantuk merambati mata
Menjalani hidup di tengah pasar
Menyambung hidup di tengah kelelahan

Di dalam malam ada kehidupan
Di dalam pasar mempertahankan kehidupan

SB
27/10/2015

25 Oktober 2015

Sajak Kemarahan Alam





Kau pilih binasa
Daripada terus teraniaya
Membara apimu
Merenggut nyawa

Telan kesombongan manusia
Yang menapakimu seolah kuasa
Kau bakar kotor dirimu
Yang teracuni rakus manusia

Semburkan kemarahanmu
Hanguskan keangkuhan mereka
Beri tanda kalau kau bernyawa
Alam raya ingin terjaga

Daun-daun mengorbankan diri
Ranting-ranting rela mati
Batang-batang sudi menghitam
Batu-batu cadas memanas

Binasalah…
Telanlah…
Semburlah…
Lalaplah…
Terjanglah…
 
Tunjukkan pada semesta
Manusia tak punya kuasa
Atas alam raya

Malam,25/10/2015

17 Oktober 2015

Tanah




Terinjak tak pernah berontak
Terkeruk tak sudi mengeluh
Tersakiti tak juga mati
Terkotori tetap memberi
Teracuni masih berharga tinggi

Aku basah dinikmati
Aku kering di caci maki
Aku subur terus menghidupi
Aku tandus ditinggal tanpa balas budi

Mereka berdiri menginjakku
Mencakarku dengan beton-beton
Tak peduli aku merindu akar
Mereka lupa kuingin minum air hujan

Jangan salahkanku jika aku mengeluh
Jangan salahkanku jika aku berontak
Jangan salahkanku jika aku menguburmu
Aku pun perlu bertahan hidup
Aku pun perlu bertahan hidup
Aku pun perlu bertahan hidup

SB
Malam,06/10/2015