Gunung Lawu adalah tempat pertama di mana aku mengenal
kegiatan mendaki gunung. Dulu pertama kali mendaki sekitar
tahun 2005. Waktu itu aku sampai berjalan merangkak-rangkak, itu pun tak sampai
puncak, hanya sampai pos 5. Tapi sekarang aku sudah terbiasa dengan gunung ini
karena lumayan sering kesana.
Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur, tepatnya masuk dalam wilayah Kabupaten Karanganyar, kabupaten Ngawi dan
Kabupaten Magetan. Sekarang ada empat jalur untuk mendaki puncak Lawu, yakni
jalur Cemorokandang-Karanganyar, Cemorosewu-Magetan, Jalur Candi
Cetho-Karanganyar dan jalur Jogorogo-Ngawi.
Pendakian kali ini aku mengambil jalur yang umum yaitu
Cemorosewu. Tri yang mengajakku untuk ikut pendakian ini. Dia adalah sahabat
lamaku. Dia juga mengajak serta Yasir dan Slamet. Yasir masih teman
seangkatanku di masa sekolah dan kini merantau ke Kalimantan. Sedangkan Slamet
adalah teman kerja Yasir di Kalimantan, kebetulan mereka lagi mudik. Aku
sendiri mengajak Kang Wiro, teman dari Kartasura. Jadi kami akan berangkat lima
orang dalam pendakian kali ini.
Sabtu, 2 Juni 2012, pagi itu aku sudah packing. Tugasku
adalah membawa peralatan camping, sementara logistik makanan bagian
Tri-Yasir-Slamet, maklum mereka habis gajian, hehe… sekitar jam 2 siang Tri
menjemputku di rumah, kemudian kami berangkat menuju rumahnya, di mana Yasir
dan Slamet sudah menunggu. Sudah sekitar 6 tahun aku tidak bertemu Yasir, baru
kali ini kami bertemu lagi. Pukul 14.30 kami berangkat dari rumah Tri
menggunakan dua sepeda motor, sementara Kang Wiro menyusul dari tempat kerjanya
di Jebres-Solo. Kami berangkat melalui jalur Matesih. Sekitar pukul 16.00 kami
pun tiba di Cemorosewu.
Setiba di Cemorosewu kami langsung menitipkan motor di rumah
penduduk yang sudah menjadi langgananku setiap kali aku mendaki Lawu. Setelah
salat ashar kami menuju warung Pak Agus untuk istirahat, minum teh hangat dan
makan. Sambil menunggu Kang Wiro datang aku pesan nasi pecel, Tri dan Yasir
memesan nasi goreng sementara Slamet mie rebus. Sekitar pukul 17.00 Kang Wiro
datang dan menemui kami. Rencananya kami akan mulai jalan setelah magrib. Sore
itu Cemorosewu berkabut. Dingin sudah pasti terasa. Menjelang malam semakin banyak pendaki yang datang.
Sehabis salat magrib dan isya yang dijamak kami mulai
packing lagi untuk siap-siap naek. Sebelum naek kami mendaftar dulu ke pos
jaga, per orang dikenai retribusi Rp. 5.000. pukul 18.30 kami mulai berjalan,
Medan pendakian di Cemorosewu kebanyakan adalah bebatuan. Medan awalnya cukup
lebar melewati rimbunnya pohon cemara kemudian jalan menyempit setelah memasuki
ladang sayur. Bagi yang hendak mendaki Lawu, di sekitar ladang ini kita akan
melewati 2 shelter. Di belakang shelter kedua tepatnya di kanan jalur pendakian
ada sebuah sendang (mata air) bernama Sendang Panguripan. Setelah itu jalan
terus menanjak menuju Pos 1.
Kira-kira pukul 19.00 kami tiba di Pos 1, di pos ini
terdapat shelter yang cukup bagus dan warung yang biasa buka di hari minggu.
Kami cuma istirahat sebentar di Pos ini karena Yasir dan Slamet yang baru
pertama kali mendaki gunung sangat excited untuk melanjutkan perjalanan. Jarak
Pos 1 ke Pos 2 lumayan jauh dan medannya cukup terjal. Di sepanjang jalur ini
kita akan mencium bau belerang karena di sebelah barat jalur ini adalah Kawah
Candradimuka, tapi kawah ini tidak terlihat dari jalur ini. Kami jarang berhenti
lama dalam perjalanan ini, setelah melewati Watu Jago medan akan menurun terus
kembali naek sampe pos 2. Kami tiba di Pos ini sekitar pukul 20.00, di pos ini
juga ada shelter tapi atapnya sudah rusak, mungkin terkena badai. Ini adalah
pendakian pertamaku dengan Tri, Yasir dan Slamet. Sambil istirahat kami
ngobrol-ngobrol, Mas Slamet bercerita katanya dia pengen naek gunung karna
termotivasi dari novel 5 CM. Dia juga pengen ke Semeru suatu saat nanti. Aku dan
Kang Wiro pun membagi pengalaman kami padanya saat mendaki Semeru.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 setelah istirahat
kami rasa cukup. Malam itu lumayan cerah, cahaya bulan sangat terang jadi kami
tidak perlu memakai banyak senter. Alhamdulilah perjalanan masih tetap lancar,
sekitar pukul 21.00 kami tiba di Pos 3, ada dua tenda yang berdiri di dalam
shelter malam itu. Di sini kami juga hanya beristirahat sebentar dan
melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan dari Pos 3 ke Pos 4 angin mulai
berhembus kencang, kabut pun mulai tebal sehingga bulan tidak terlihat lagi.
Medan bebatuan menanjak cukup terjal di jalur ini. Pukul 22.00 kami tiba di Pos
4 dan segera melanjutkan perjalanan ke Pos 5 yang hanya berjarak kira-kira 10
menit. Di sebelah kiri jalur ini ada sebuah gua yang namanya Sumur Jolotundo,
ada mata air juga di dalamnya.
Pos 5 ini tempatnya datar dan cukup lebar, sering juga
digunakan untuk ngecamp para pendaki. Medan akan menurun setelah Pos ini. Di
jalur ini angin sangat kencang, kami lebih berhati-hati saat melewatinya.
Kemudian jalur akan kembali naik, terus datar sampai di Sendang Derajat.
Sekitar pukul 22.30 kami tiba di Sendang Derajat, di sini kami istirahat cukup
lama sambil menikmati teh hangat di warung yang berada di sebelah Sendang.
Pukul 23.00 kami melanjutkan perjalanan lagi dengan medan yang cukup datar
sampai ke pertigaan. Kalau lurus menanjak adalah arah ke Puncak sedangkan ke
kanan adalah arah ke Hargo Dalem. Kami mengambil jalur lurus ke Puncak. Medan
mulai menanjak melewati hamparan edelweiss dan cantigi. Sampai akhirnya kami
pun tiba di Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu sekitar pukul 23.30. Angin
berhembus kencang di Puncak ini, kami mencari tempat camp yang tertutup dari
angin. Setelah tenda berdiri kami langsung membuat minuman jahe hangat dan
masak mie goreng.
di Puncak Lawu |
Pagi di Lawu |
Malam itu di dalam tenda kami saling berbagi cerita. Yasir
dan Slamet menceritakan pengalamannya bekerja di tambang Batubara Kalimantan,
serta cerita tentang pengalaman mengikuti diklat Basarnas di kaki gunung Salak,
Bogor. Aku dan Kang Wiro bercerita tentang pengalaman mendaki di sejumlah
gunung, sedangkan Tri tertidur pulas karna ngantuk dan lelah. Dan akhirnya kami
coba tidur meski susah. Alarm berbunyi pukul lima pagi, di luar tenda masih
gelap berkabut, angin juga berhembus kencang. Pagi itu pemandangan matahari
terbit agak kurang sempurna. Namun sepagi itu puncak semakin rame karena para
pendaki mulai berdatangan. Kami cukup lama juga di Puncak. Tapi setelah sarapan
dan packing, kami bersiap turun.
warung Mbok Yem |
Sekitar pukul 08.00 kami turun dari Puncak , kali ini
melewati Hargo Dalem, mampir sebentar di warung Mbok Yem. Warung Mbok Yem
terkenal di kalangan pendaki yang pernah muncak ke Lawu. Aku kagum dengan Mbok
Yem yang berjualan di tempat seperti ini. Perjalanan turun
alhamdulilah lancar, kami sampai di basecamp Cemorosewu pukul 12 siang dan
setelah istirahat sejenak pukul 13.00 kami pun pulang ke Solo.
Alhamdulilah pendakian ke Gunung Lawu kali ini lancar dan
memberikan kenangan yang berbeda bersama teman-teman yang berbeda pula. Aku tak
akan pernah bosan untuk kembali menapaki Lawu lagi, kapan pun itu.
Info Transport ke Lawu :
Solo-Tawangmangu (Naik bus besar) 10.000
Tawangmangu-Cemorosewu 6.000
Tawangmangu-Cemorosewu 6.000
Retribusi Pendakian 5.000