6 Juli 2016

Hari Damai




Di dalam lubuk jiwa manusia
Semoga maaf tertanam menjadi bunga
Mengakar damai isi semesta
Melebur menuju Sang Maha


SB
06/07/2016

1 Juli 2016

Berbahagialah

Berbahagialah...
Meski kita terlahir sebagai siapapun, di tanah manapun, sebagai bangsa apapun, suku apapun, keluarga apapun, dengan adat istiadat yang semacam apapun
Berbahagialah...
Karena telah memilih dilahirkan ke dunia ini
dengan segala macam hal yang akan kita lalui
Berbahagialah...
Dengan segala macam hal yang Tuhan berikan pada kita dalam hidup
Meski kadang kita berpikir
Kenapa kita terlahir seperti ini?
Dalam keluarga ini?
Di atas tanah bangsa ini?
Sebagai suku ini?
Dengan adat istiadat yang seperti ini?
Tak perlu kita bersedih hati atas semua itu
Berbahagialah...
Berbahagialah...
Atas kehidupan yang diberikan Tuhan pada kita
Meski kau harus menjunjung tinggi adat istiadat tanahmu
Kita juga harus bisa menghargai kehidupan
Kita harus berani menerima kehidupan
Menghargai dan menerima apa yang digariskan Tuhan pada hidup kita
Karena anugerah yang terbesar adalah kehidupan itu sendiri
Bukan kita yang terlahir sebagai siapa, atau sebagai apa, sebagai bangsa mana, suku apa, dengan adat istiadat yang seperti apa
Berbahagialah...
Dengan anugerah terbesar ini, yaitu kehidupan
Terima kasih karena telah memilih dilahirkan
Dan mari merayakan kehidupan

01/07/2016

18 Juni 2016

Kau Tak Akan Menemukan Logika




Kau tak akan menemukan logika
dalam pertemuan Adam dan Hawa



Kau tak akan menemukam logika
dalam tongkat Musa



Kau tak akan menemukan logika
dalam rahim Maryam



Kau tak akan menemukan logika
dalam perjalanan Muhammad



Kau tak akan menemukan logika
dalam penderitaan dan kedamaian Shidarta



Kau tak akan menemukan logika
dalam ketulusan Theresa



Kau tak akan menemukan logika
dalam kesabaran Gandhi



Kau tak akan menemukan logika
dalam keberanian Che Guevara



Kau tak akan menemukan logika
dalam bait-bait cinta Gibran



Semua itu hanya bisa terjawab 
dalam kedalaman hati dan jiwa manusia
yang mempercayai Tuhan



SB
13/06/2016

2 Juni 2016

Doa Awal Juni



Juni
Diawali dengan hujan semeriah ini
Kebahagiaan bagi bumi
Tanah mendamba basah
Akar merindu air
Ikan-ikan bersuka-cita di riak sungai
Manusia bercinta di bawah riuh semesta
Semoga semua makhluk berbahagia
Amin


SB
02/06/2016

27 Mei 2016

Dewi Keadilan Semesta





Dewi Themis
Dewi Justitia
Dewi Keadilan
Mereka sudah mati

Bagaimana bisa menegakkan keadilan dengan mata tertutup
Sedang dengan mata terbuka pun belum tentu kita bisa berbuat adil
Dewi Keadilan menutup matanya bukan karena tidak memihak
tapi karena memang buta
Buta akan keadilan

Bagaimana bisa melihat kebenaran dengan mata tertutup
Sedang dengan mata terbuka pun kebenaran belum tentu terlihat
Dewi Keadilan menutup matanya bukan karena ingin memihak kebenaran
tapi karena tidak mau melihat kebenaran
Membutakan diri akan kebenaran

Tak perlu kita percaya pada dewa-dewi
Tak perlu kita percaya pada lambang-lambang
Kebenaran dan Keadilan ada di lubuk hati manusia
Kebenaran dan Keadilan harus diwujudkan dalam kenyataan
Untuk kehidupan yang damai
Untuk kedamaian alam semesta

SB
27/05/2016

26 Mei 2016

Seberapa Berani


Seberapa kuat kau berjalan dalam kesederhanaan, meski kemewahan bisa kau genggam

Seberapa kuat kau bertutur dalam kejujuran, meski kebohongan bisa dengan mudah disuarakan

Seberapa berani kau melangkah dalam keyakinan, meski keraguan selalu hadir dalam setiap jalan

Seberapa berani kau meyakini keyakinanmu, meski setiap waktu kecemasan dan ketakutan menyerangmu

SB
26/05/2016

23 Mei 2016

Jalanan Adalah Sekolah Yang Nyata

Seharian ini langit mendung, cahaya matahari redup. Sepulang kerja, kembali bertafakur di kamar gelap. Ruang yang menjadi tempat banyak waktu saya dihabiskan. Ruang dimana saya banyak merenungkan perjalanan hidup saya. Sore ini saya teringat perjalanan hari sabtu lalu, saat melintasi jalan raya Magelang-Boyolali.

Sepanjang perjalanan saya melewati banyak titik yang sedang diadakan pembangunan/perbaikan. Hanya satu ruas jalan yang bisa digunakan. Jalan menanjak-menurun sempit dengan satu sisinya berhadapan dengan jurang dan sisi lainnya adalah hutan. Debu-debu mengepul setiap kali kendaraan melintas. Di beberapa bagian terjadi penumpukan antrian kendaraan yang panjangnya hampir 3 kilometer. Sebagian kendaraan yang tertahan adalah truk. Ya, karena memang jalur ini adalah jalur transportasi truk pengangkut pasir yang mengambil pasir di sekitar gunung Merapi.

Melintasi panjangnya antrian truk itu saya melihat sopir-sopir truk yang turun dari kendaraannya. Mereka asyik duduk-duduk di tepi jalan sambil merokok dan bercengkerama sesama sopir. Saya hampir tidak melihat wajah-wajah kemarahan dari mereka. Mereka malah terlihat saling bercanda, padahal tak pasti seberapa lama mereka harus menunggu jalan dibuka. Malah saya melihat raur-raut wajah marah itu dari para pengendara motor dan mobil pribadi.
Salah satu yang saya lihat adalah seorang pemuda beransel(dari ranselnya saya bisa menebak dia mau naik gunung) dengan motor maticnya. Dia terlihat buru-buru, bahkan sempat tak sopan berbicara pada bapak tua yang mengatur buka-tutup jalan. Si bapak yang sedang menutup jalan melarangnya lewat dengan sopan, tapi dibalas pemuda itiu dengan ucapan ngeyel dan wajah yang kesal lalu menerobos jalan yang ditutup itu. Sementara di lain titik, saya melihat mobil pribadi yang pengemudinya tidak sabaran dengan memencet kencang klaksonnya. Padahal semua orang tau jalan sedang diperbaiki dan antrian kendaraan tak bisa dihindari.

Dari hal-hal itu, sekarang saya merenungkan sebuah pelajaran tentang kesabaran. Kesabaran yang hanya dipelajari secara teori di bangku-bangku sekolah atau universitas dan pengajian-pengajian agama. Atau mungkin malah tidak ada materi pelajaran tentang kesabaran di sekolah/universitas. Dan menurut saya jalanan adalah sekolah yang paling nyata untuk belajar tentang kesabaran. Bahkan di jalan raya perkotaan yang banyak lalu-lalang kendaraan itu sangat menguji kesabaran kita. Kalau tidak sabar, bisa jadi sesama pengguna jalan saling mencaci atau bahkan berkelahi di jalanan. Bahkan bisa juga kecelakaan terjadi karena kurangnya kesabaran oleh pengguna jalan.

Mungkin ini hanya hal sepele, tapi bagi saya ini sebuah pelajaran yang berharga. Saya harus belajar dari para sopir truk itu, yang bersabar dengan keadaan yang memang harus mereka lalui. Tak perlu terlalu banyak keluh, meski keluh memang tak bisa dihindari karena kita manusia. Setidaknya senyuman masih bisa tercipta dari wajah-wajah lelah para sopir truk itu. Kesabaran bukan hanya materi/teori-teori yang bisa dipelajari. Tapi kesabaran adalah suatu hal yang dipraktikkan dan dijalani. Sopir-sopir truk itu adalah sebagian kecil bukti bahwa kesabaran bukan hanya sekedar kata yang mudah diucapkan, tapi sebuah tindakan nyata. Sementara para pengendara motor dan mobil pribadi itu sudah menunjukkan diri asli mereka secara sadar.

Jalanan adalah sekolah yang nyata. Tempat saya belajar banyak tentang kehidupan. Ruang kelasnya adalah setiap ruang dimana kaki saya berpijak atau melangkah. Gurunya adalah setiap orang yang saya temui atau pun saya lihat. Ya, jalanan adalah sekolah yang nyata. Tanpa meja dan kursi dan materi pelajaran yang monoton. Tanpa batas-batas waktu yang menentu. Dengan guru dan pelajaran yang tak pernah terduga. Tanpa jenjang atau pun gelar. Di jalanan saya hanya perlu menyadari bahwa diri saya hanyalah manusia. Ya, manusia.

SB
23/05/2016