Perjalanan kami mulai tanggal 25 Juni 2012. Pukul 11.00 kami
berangkat dari PMI Selong-Lombok Timur menuju Pelabuhan Lembar. Dari sini kami
menyebrang Selat Lombok selama lima jam ke Pelabuhan Padangbai –Bali. Di
Pelabuhan ini kami sempat bersitegang dengan calo mobil carry tujuan Denpasar
sampai kami dikata-katain kere. Ini berawal karena kami menolak harga yang
ditawarkan oleh calo itu sebesar 50 ribu. Tapi akhirnya sopir carry itu pun mau
mengantar kami ke Denpasar dengan harga yang kami tawar yaitu @35 ribu. Di Bali
memang susah mendapat transport umum, apalagi pada malam hari, jadi kami harus
rela membayar lebih mahal. Di Denpasar kami akan ke Sekre Mapala Citta Mandala
menemui Bang Brimob, teman Loker. Pukul 22.00 kami sampai di Universitas
Warmadewa-Denpasar. Bang Brimob dan Mas Arif langsung menemui kami dan langsung
mengajak ke Sekre. Mereka menyambut kami dengan ramah. Kami akan menginap di
sini selama di Bali.
Bali sungguh menawarkan sejuta pesona tentang keindahan alam
dan kebudayaannya. Tak salah jika pulau ini menjadi pintu gerbang bagi
turis-turis mancanegara untuk masuk ke Indonesia. Paginya, selasa 26 Juni 2012
Mas Arif mengajak kami untuk jalan-jalan ke Taman Budaya Bali di Jalan Nusa
Indah yang tak jauh dari kampus. Di sini sering diadakan Pesta Kesenian Bali.
Di acara yang diadakan setiap tahun ini banyak dipamerkan kesenian khas Bali
diantaranya tarian-tarian, produk kerajinan dan berbagai macam kuliner. Semua
wilayah dari Provinsi Bali ikut memeriahkan pesta kesenian ini.
Setelah dari Taman Budaya kami mampir ke sebuah toko
oleh-oleh khas Bali. Habis itu kami kembali ke Sekre untuk istirahat dan
siap-siap karena malam nanti kami akan mendaki Gunung Agung. Kami akan naek
dari jalur Pura Pasar Agung-Selat. Untuk transport kesana kami menyewa mobil
dari tempat rental karena di Bali ini jarang ada angkutan umum.
Pukul 22.00 Bang Brimob datang menjemput kami di Sekre, dia
datang bersama Beli Made, Bang Adam dan Mas Ali. Kami pun segera siap-siap dan
langsung berangkat menuju Pura Pasar Agung. Setelah menempuh perjalanan hampir
2,5 jam akhirnya kami sampai di Pura Pasar Agung. Kami istirahat dulu di pos
jaga parkiran pura ini. Baru pukul 01.30 tanggal 27 Juni kami memulai
pendakian, yang ikut mendaki adalah aku, Budi, Ape, Tanjung, Mas Ali dan Bang
Adam. Sementara itu Bang Brimob , Beli Made dan Mas Arif menunggu di parkiran.
Dari Pura ini untuk sampai ke puncak bagian selatan Gunung Agung diperlukan
waktu sekitar 5 jam.
Trek awal kami harus melewati anak tangga lebar menuju pura,
sampai di depan gerbang Pura kami belok mlipir bagian kiri pura, setelah itu
baru masuk jalur pendakian yang berupa jalan tanah setapak. Trek terus saja
menanjak, hampir tidak ada bonus jalan landau di sepanjang jalur ini. Di sini
juga tidak ada sumber air. Mendekati batas vegetasi medan berganti dengan trek
bebatuan dan masih terus menanjak, angin juga bertiup cukup kencang. Di batas
vegetasi kami istirahat lumayan
lama di balik batu untuk menghindari
hembusan angin. Setelah hampir lima jam mendaki tanjakan-tanjakan, pukul 7 kami
sudah sampai di puncak selatan Gunung Agung. Di sebelah barat daya tampak
puncak tertinggi Gunung Agung yang bisa didaki dari jalur Besakih, sebelah
timur juga terlihat Gunung Rinjani di kejauhan. Dan di bawah kami, lautan awan
nampak sangat indah, serasa berada di negeri atas awan.
Pukul 07.45 kami turun, perjalanan turun juga cukup
melelahkan. Setelah sekitar 2,5 jam berjalan akhirnya kami sampai di parkiran.
Dan tak lama menunggu Bang Brimob datang membawakan nasi kuning Bali untuk kami
sarapan. Pukul 13.00 kami meninggalkan pura Pasar Agung. Kami diajak mampir ke
rumah Bang Brimob untuk membersihkan badan. Setelah itu kami ke Kuta untuk
menemui teman-temannya dari Sulawesi. Di Kuta kami jalan-jalan ke pantai, di
sini kami ditraktir oleh Mbak Irma, teman Bang Brimob.
Kuta sangat ramai oleh para wisatawan, baik lokal maupu
mancanegara. Dan banyak juga yang sengaja menunggu sunset di sini. Aku cukup
menikmati senja di pantai Kuta ini. Aku bersyukur bisa menginjakkan kakiku di Pantai yang
menjadi bagian surga dunia nya Bali.
Keesokan harinya tanggal 28 Juni, Ape dan Tanjung pamit
meninggalkan Bali untuk melanjutkan petualangan mereka ke Semeru, Jawa Timur.
Sementara aku dan Budi masih stay di Bali. Di sini aku juga sempet maen ke
rumah Alex, temen dari Boyolali yang sedang bekerja di Bali. Dia tinggal
bersama kakak-kakaknya, mereka menyambut kami dengan baik. Jumat tanggal 29
Juni aku dan Budi naik lagi ke Gunung Agung bersama teman-teman dari Sulawesi
dan dari Mapala Citta Mandala. Tapi pendakian kali ini kami tidak sampai di
puncak, teman-teman memutuskan tidak melanjutkan perjalanan karena cape dan
ngantuk.
Sepulang dari pendakian kedua ke Gunung Agung, aku dan Budi
kembali ke rumah Alex dan menginap di sana. Tanggal 2 Juli kami pamit dari
rumah Alex, yang berarti kami juga mulai meninggalkan Bali. Selamat tinggal
Bali, terimakasih untuk kenangan, keramahtamahan dan keindahan yang kau beri
pada kami..
Kami pun memulai perjalanan pulang ke Solo dan malamnya
menginap di Stasiun Banyuwangi karna kereta berangkat esok hari. Pagi tanggal 3
Juli kereta Sri Tanjung baru berangkat. Kami sempat bertemu Chandra (temenku
dari Surabaya) di Stasiun
Wonokromo-Surabaya saat kereta berhenti
siang itu. Malam pukul 19.00 kereta pun tiba di Solo. Aku dijemput
temanku, Budi (Kamplenx) di Stasiun Jebres, setelah itu kami mampir ke kostnya.
Dari kost aku dijemput Plonco untuk pulang ke rumahku di Kalioso. Pukul 21.00
aku sampai di rumah. Home sweet home. Setelah hampir sebulan aku berpetulang
sekarang aku harus kembali ke rumah. Lelaki memang harus pergi, tapi juga harus pulang (Gola Gong).
Ucapan terimakasih :
Tuhan YME
Budi, Ape, Tanjung
Bang Brimob, Mas Arif, Beli Made, Mas Ali, Bang Adam
Teman-teman Mapala Citta Mandala
Teman-teman Sulawesi
Alex sekeluarga
Kamplenx sekost
Plonco