Libur lebaran yang panjang biasanya dimanfaatkan banyak
orang untuk berekreasi. Aku dan Azis (adikku) juga akan memanfaatkan waktu ini
untuk berpetualang dengan sepeda kami. Jika biasanya aku bepergian dengan naik
kereta, bus, motor atau numpang truk, kali ini aku bepergian dengan cara
bikepacking. Bersama adik dan sepupuku, Danu, kami akan gowes sepeda ke daerah
Gunung Kidul, Jogja. Gunung Kidul adalah sebuah wilayah Kabupaten di Provinsi
Yogyakarta. Daerah ini terkenal dengan tanahnya yang gersang. Namun meski
gersang Gunung Kidul menyimpan begitu banyak potensi wisata, seperti
pantai-pantainya yang indah, goa-goa dengan sungai di dalamnya, serta kerajinan
khas. Potensi wisata inilah alasan kami memilih Gunung Kidul sebagai tujuan kami kali ini. Dan ini adalah salah satu petualangan yang sudah lama ingin
kami lakukan bersama.
Tanggal 21 Agustus 2012, pukul 04.00 pagi aku dan Aziz sudah
bangun. Kami gantian untuk mandi, setelah itu solat subuh. Semua barang dan
perlengkapan sudah kami packing malam sebelum tidur. Pukul 05.00 Danu datang
lalu kami sarapan bersama. Ibuku sudah bangun pagi-pagi untuk membuatkan kami
sarapan. Pukul 05.30 kami pamit berangkat pada orangtuaku. Start dari rumahku
di Tuban Kidul, Gondangrejo, Karanganyar, melewati Jl. Raya Solo-Purwodadi
menuju arah Solo. Sekitar 1 jam perjalanan kami sampai di Keraton Surakarta
kemudian melanjutkan perjalanan melalui Alun-Alun Kidul Keraton menuju Jl.
Solo-Sukoharjo. Sekitar jam 08.00 kami tiba di Alun-Alun Sukoharjo. Di sini
kami beristirahat sebentar kemudian lanjut gowes ke arah Tawangsari. Jalanan
mulai ramai oleh kendaraan bermotor , sinar matahari juga mulai terik. Jalan
yang kami lalui mulai naik-turun.
Sekitar pukul 11.00 kami mulai memasuki wilayah Gunung
Kidul. Panas matahari tambah menyengat, apalagi daerah Gunung Kidul memang
terkenal gersang. Tanah-tanahnya kering, di kiri-kanan jalan banyak terdapat
pohon-pohon jati yang meranggas. Pukul 12.00 siang kami tiba di daerah Semin,
di sini kami mencari warung makan dan masjid untuk sholat. Azis sempat
mengganti rantai sepeda di bengkel dekat masjid karna ada masalah dengan rantai
sepedanya. Pukul 13.00 kami melanjutkan perjalanan,sering kami harus menuntun
sepeda karena tak kuat menaiki tanjakan. Dari daerah Semin kami menuju daerah
Karangmojo terus lanjut ke arah Wonosari. Jalan lebar dan halus, tetapi tetap
naik turun dengan tanjakan-tanjakan yang memaksa kami turun dari sepeda. Kami
sering sekali istirahat, maklum kami bukan pembalap Tour de France, hehe..
Bahkan setiap waktu sholat kami istirahat lebih lama sambil tiduran dulu di
teras masjid.
Selepas Ashar kami melewati daerah Wonosari menuju Tepus.
Jalanan sempat macet karena banyak wisatawan yang melalui jalan ini untuk
pulang. Ke arah Tepus jalan penuh dengan tanjakan yang melelahkan. Magrib tiba,
kami belum juga sampai di pantai tujuan kami. Habis magrib kami lanjut gowes
malam hari tanpa lampu senter di sepeda kami. Kami hanya memakai lampu tanda di
belakang sepeda. Setelah melewati Tepus kami tiba di pertigaan, ke kiri adalah
arah ke Pantai Siung dan Pantai Indrayanti, sedangkan ke kanan adalah arah ke
pantai Sundak, Pantai Krakal dan Baron. Kami mengambil arah ke kanan menuju
Pantai Sundak yang masih berjarak 5 Km lagi. Perjalanan malam sangat
menegangkan. Jalanan gelap gulita dengan turunan dan tikungan tajam. Kadang
kami harus saling teriak untuk memberi tanda kalau ada belokan. Sampai akhirnya
sekitar jam 20.00 suara ombak sudah terdengar. Akhirnya kami tiba di Pantai
Sundak. Kami senang sekali bisa sampai dengan selamat setelah ± 15 jam
perjalanan dari rumah.
Kami langsung membuka
tenda dan masak untuk makan malam. Kami sudah sangat lapar setelah gowes
seharian. Pantai Sundak cukup indah dengan pasir putihnya, di sini juga ada
camping area yang cukup luas. Fasilitas wisata juga sudah cukup lengkap. Tapi
sayang musim liburan ini malah membuat pantai tambah kotor karena kurangnya
kesadaran pengunjung untuk tidak membuang sampah sembarangan agar pantai tetap
terjaga kebersihan dan keindahannya. Malam, kami harus tidur untuk memulihkan
tenaga. Esok perjalanan masih panjang.
Pagi, kami bangun dengan semangat, tapi ternyata air laut
sedang surut jadi di pantai hanya terlihat karang-karang. Akhirnya kami
memutuskan untuk menyusuri pantai ke arah barat. Kami langsung packing dan siap
menggowes sepeda lagi. Gunung Kidul benar-benar kaya dengan objek wisata. Kami
sempat mampir ke Pantai Sadranan lalu menyusuri tepian pantai Krakal, terus ke
arah barat menuju pantai Baron. Di sepanjang jalan menuju pantai Baron
sebenarnya banyak pantai yang dilewati, tapi kami tidak sempat mengunjunginya
karena waktu yang terbatas. Diantara pantai yang kami lewati antara lain Pantai
Sepanjang, Watukodok, Drini dan Pantai Kukup. Sekitar pukul 08.30 kami sampai
di Pantai Baron, pantai ini cukup terkenal di daerah Gunung Kidul. Di sini
terdapat aliran sungai air tawar yang berasal dari Goa Kalisuci dan bermuara
langsung ke laut di Pantai Baron ini. Kami sempat mandi di sini. Semakin siang
pengunjung Pantai Baron semakin ramai.
Pukul 11.00 kami meninggalkan Pantai Baron, kembali
menyusuri jalan raya dengan sepeda kami. Matahari memang menjadi musuh utama
kami. Panasnya yang menyengat sangat menguras energi, membuat kami boros air
minum. Perjalanan pulang ini sama melelahkannya dengan saat berangkat.
Tanjakan-tanjakan tajam seakan tak ada habisnya, memaksa kami harus menuntun
sepeda di bawah terik matahari. Untung semangat kami tidak pudar, walau sudah
jarang terlihat senyum di wajah kami karna terlalu lelah, hehe..
Kami terus gowes melewati daerah Paliyan, menuju Playen lalu
lanjut ke Pathuk melewati jalan raya Jogja-Wonosari. Di perjalanan pulang
kadang kami meminta air minum ke rumah penduduk atau pos polisi. Penilaian
bahwa orang-orang Indonesia itu baik dan ramah adalah benar, kami merasakannya
sendiri. Magrib kami baru sampai di
daerah Pathuk, melewati Bukit Bintang
sambil sesekali melihat pemandangan lampu-lampu kota Jogja yang indah dari ketinggian.
Turunan dan tikungan tajam kami lewati dengan senang hati sekaligus sedikit
was-was karena jalanan macet .
Akhirnya kami tiba di daerah Piyungan dan ishoma di daerah
ini. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan menuju Prambanan, melewati objek
wisata Candi Prambanan. Lalu lanjut ke daerah Klaten, di sini kami senang
karena jalanan mulai datar dan tak ada lagi panas matahari karna telah
digantikan angin malam. Dari Klaten terus melewati Jl. Raya Solo-Jogja sampai
Kartasura. Dari Kartasura kami ambil
arah kiri ke bandara, terus belok kanan ke arah Pandean, lanjut ke Kalioso melewati
jalan di perkampungan . Sampai akhirnya jam 01.30 tanggal 23 Agustus kami tiba
di rumah. Lelah, cape, pegal semua terasa di badan. Tapi kami menjalani
petualangan ini dengan hati yang senang. Aku teringat ucapan Gola Gong : Dunia adalah sebuah buku, dan mereka yang
tidak bepergian hanya membaca satu halaman saja.
Rute Perjalanan :
Kalioso-Solo-Sukoharjo-Tawangsari-Semin-Karangmojo-Wonosari-Tepus-Pantai
Sundak-Pantai Sadranan-Pantai Krakal-Pantai
Baron-Paliyan-Playen-Pathuk-Piyungan-Prambanan-Klaten-Kartasura-Bandara-Pandean-Kalioso.
Ucapan terimakasih :
-Tuhan YME
-Azis dan Danu (saudara dan teman perjalanan yang jarang
mengeluh)
-Orangtuaku
-Orang-orang baik yang kami temui dalam perjalanan