24 April 2014

Sebuah cerita dari Teman dan Pak Lurah

cerita dari seorang teman...

Kemarin,temanku menemui Pak Lurah desa kami untuk mengambil buku di rumahnya. Beberapa buku itu diserahkan untuk Rumah Baca Edelweis. Di sela-sela obrolan tentang buku itu, Pak Lurah malah curhat tentang pekerjaanya. Beliau menjabat Lurah baru 3 bulan, dan katanya belum dapat gaji. Beliau bingung entah gajinya per 3 bulan atau 6 bulan. Temanku itu menahan tawa dalam hati. Lalu pak Lurah meneruskan ceritanya,bagaimana beliau selalu menambal biaya setiap Kelurahan mengadakan acara dan setiap ada kunjungan dari pusat. Cerita pak Lurah terus meluas ke dalam hal Pajak Bumi dan Bangunan yang datanya tidak jelas.
Mendengar cerita temanku ini aku merasakan dua hal, kasihan dan muak dengan pemerintahan di desaku. Kasihan karena pak Lurah yang baru ini harus menanggung (mungkin) kesalahan-kesalahan dari pemerintahan yang lama. Muak karena pak Lurah ini baru menjabat 3 bulan saja sudah banyak mengeluh soal gaji. Sebenarnya apa niat awal beliau ini menjadi Lurah, untuk mengabdi pada masyarakat atau untuk mencari penghasilan atau hanya sekedar mengejar status sosial belaka ??

Catatan ini dibuat tidak untuk tujuan macam-macam, tapi hanya untuk membuka mata hati kita.