Di suatu siang yang panas di sebuah alun-alun kota. Seekor
anjing jalanan jantan duduk di bawah pohon beringin yang rindang. Bulunya yang
berwarna hitam terlihat kusam. Dia berteduh dari panasnya matahari yang
menyengat. Sesekali dia menyalak ketika ada orang yang lewat di depannya.
Kehidupan jalanan membuat dia menjadi anjing yang kuat. Setiap hari dia mengais
makanan di bak sampah yang berada di seberang alun-alun. Bahkan kadang dia
harus rela keluar dari daerah teritorialnya untuk mencari makan di tempat
pembuangan sampah pinggiran kota. Dia harus selalu berjuang untuk menyambung
hidupnya. Ketika malam tiba dia terbiasa tidur di emperan toko. Anjing jalanan
yang kesepian.
Dia tak tau dimana dia dilahirkan. Dia hanya ingat di masa
kecilnya ada seekor anjing betina yang seumuran dengannya. Berbulu putih
kecokelatan karena debu jalanan. Mereka adalah karib yang selalu bersama. Sampai
pada suatu pagi, dia terbangun lebih dulu dan langsung menuju bak sampah
mengais makanan. Si anjing betina masih tertidur. Lewatlah sepasang saudagar
kaya penjual kain yang kebetulan singgah di kota itu. Sang wanita yang cantik
dan anggun dengan gaun putih itu melihat si anjing betina tertidur di emperan
toko. Lalu dia berkata pada sang suami,
“Suamiku, bolehkah aku bawa dan rawat anjing ini?” sambil jongkok dan mengelus bulu kusam anjing betina itu.
Suaminya yang memang sangat mencintai istrinya itu dengan senang hati menjawab,
“Istriku,kalau kau suka dengan anjing itu,bawalah pulang. Kita dirumah mempunyai Wego, tentu dia akan senang kau bawakan teman”. Mereka memang memelihara seekor anjing jantan dirumahnya yang megah.
Pagi itu garis tangan Tuhan memisahkan mereka. Si anjing betina dibawa pasangan saudagar itu pulang ke rumahnya.Sedangkan si anjing jantan kaget mendapati kawannya sudah tidak ada di emperan toko. Makanan yang dibawanya dijatuhkannya begitu saja. Dia menggonggong, menyalak, berlari, mencari kawan hidup satu-satunya. Dia berlari jauh sampai ke pinggiran kota, mencari ke tempat-tempat mereka biasa bermain dan mencari makan. Bahkan sampai masuk ke teritorial kawanan anjing lain. Tapi dia tetap tak menemukannya. Dia terlunta-lunta. Kini hari-harinya dia jalani sendirian. Dia tak pernah mau bergabung ke kawanan anjing jalanan lain yang ada di kota itu.
“Suamiku, bolehkah aku bawa dan rawat anjing ini?” sambil jongkok dan mengelus bulu kusam anjing betina itu.
Suaminya yang memang sangat mencintai istrinya itu dengan senang hati menjawab,
“Istriku,kalau kau suka dengan anjing itu,bawalah pulang. Kita dirumah mempunyai Wego, tentu dia akan senang kau bawakan teman”. Mereka memang memelihara seekor anjing jantan dirumahnya yang megah.
Pagi itu garis tangan Tuhan memisahkan mereka. Si anjing betina dibawa pasangan saudagar itu pulang ke rumahnya.Sedangkan si anjing jantan kaget mendapati kawannya sudah tidak ada di emperan toko. Makanan yang dibawanya dijatuhkannya begitu saja. Dia menggonggong, menyalak, berlari, mencari kawan hidup satu-satunya. Dia berlari jauh sampai ke pinggiran kota, mencari ke tempat-tempat mereka biasa bermain dan mencari makan. Bahkan sampai masuk ke teritorial kawanan anjing lain. Tapi dia tetap tak menemukannya. Dia terlunta-lunta. Kini hari-harinya dia jalani sendirian. Dia tak pernah mau bergabung ke kawanan anjing jalanan lain yang ada di kota itu.
Si anjing betina hidupnya dirubah oleh nasib. Dia merasa
terlahir kembali di dunia baru. Di tempat yang penuh kemewahan. Setiap hari dia
dimandikan oleh pembantu saudagar yang telah membawanya itu. Kini bulunya
berubah menjadi putih bersih. Setiap hari mendapat makanan dan minuman yang terbaik
dengan waktu yang teratur. Tempat tidurnya berupa karpet tebal yang berada di
dalam ruangan 2 x 2 meter. Yang tak lain adalah kandangnya, ruang yang
membatasi dirinya, dan sebenarnya adalah penjaranya. Bersebelahan dengan
kandang Wego si anjing jantan kesayangan sang saudagar. Istri sang saudagar
terlihat gembira. Dia memberi nama anjing betinanya itu dengan nama Princess.
Dia begitu memanjakannya. Begitu pun dengan Princess, dia mulai belajar untuk
menyenangkan majikannya. Selalu menjilat dan menciumi majikannya ketika bulunya
dibelai. Sang saudagar bahagia dengan kehadiran anjing betina dirumahnya itu.
Dan berniat akan mengawinkannya dengan Wego nantinya.
Beberapa tahun kemudian, di siang yang panas itu. Ketika dia
sedang berteduh di bawah pohon beringin yang rindang di tepi alun-alun kota.
Lewatlah sepasang saudagar dengan membawa sepasang anjing yang setia berjalan
di depannya. Si anjing jalanan kaget, terpana, lalu mendongakkan kepalanya
memandangi si anjing betina putih yang sepertinya tidak asing baginya. Dia
mulai menggonggong dan menyalak ke arah si anjing betina. Princess pun
menghentikan langkahnya dan memandangi si anjing jantan yang hitam kusam itu.
Mereka terlibat percakapan,
“Kau masih ingat aku ? Kemana saja kau ? Aku terus mencarimu setelah kau menghilang di pagi itu”. Si anjing jantan bertanya dengan penuh semangat.
“Sepertinya aku tidak mengenalmu”. Princess menjawab dengan keangkuhannya.
“Kau tak ingat,dulu setiap hari kita mengais makanan di bak sampah itu?” terang si anjing jantan mencoba mengingatkan sambil menunjuk bak sampah di seberang alun-alun.
“Aku setiap hari mendapat jatah makanan yang enak,tidak mungkin aku mengais makakan di tempat sampah”. Si anjing betina kini menjadi sombong.
“Kau tega meninggalkan kawanmu satu-satunya ini hidup sendirian di jalanan?”
“Kawanku memang cuma satu”. Princess memandang ke arah Wego yang sedang membusungkan dadanya.
“Baiklah,mungkin kehidupan mewah telah membuatmu berubah. Kau lupa asalmu. Kau melupakan akarmu. Dan yang paling buruk, kehidupan enak telah membuatmu melupakan kawanmu yang setia ini”. Si anjing jantan mundur, dan berlari ke pinggiran kota. Dia menghabiskan sisa hari itu di puncak bukit batas kota. Menggonggong melampiaskan kemarahan dan kesedihannya. Dia kembali pada kesepiannya. Kembali menjadi anjing jalanan yang keras menghadapi kehidupannya.
“Kau masih ingat aku ? Kemana saja kau ? Aku terus mencarimu setelah kau menghilang di pagi itu”. Si anjing jantan bertanya dengan penuh semangat.
“Sepertinya aku tidak mengenalmu”. Princess menjawab dengan keangkuhannya.
“Kau tak ingat,dulu setiap hari kita mengais makanan di bak sampah itu?” terang si anjing jantan mencoba mengingatkan sambil menunjuk bak sampah di seberang alun-alun.
“Aku setiap hari mendapat jatah makanan yang enak,tidak mungkin aku mengais makakan di tempat sampah”. Si anjing betina kini menjadi sombong.
“Kau tega meninggalkan kawanmu satu-satunya ini hidup sendirian di jalanan?”
“Kawanku memang cuma satu”. Princess memandang ke arah Wego yang sedang membusungkan dadanya.
“Baiklah,mungkin kehidupan mewah telah membuatmu berubah. Kau lupa asalmu. Kau melupakan akarmu. Dan yang paling buruk, kehidupan enak telah membuatmu melupakan kawanmu yang setia ini”. Si anjing jantan mundur, dan berlari ke pinggiran kota. Dia menghabiskan sisa hari itu di puncak bukit batas kota. Menggonggong melampiaskan kemarahan dan kesedihannya. Dia kembali pada kesepiannya. Kembali menjadi anjing jalanan yang keras menghadapi kehidupannya.
09/11/14 (SB)