9 Mei 2015

Merindukan Perjalanan




Malam ini, sepulang kerja aku belum bisa langsung tidur. Sebagai kuli pabrik yang kerja shift, aku sudah terbiasa pulang tengah malam. Sampai rumah semua orang sudah tidur. Aku buka pintu rumah sendiri, ,membersihkan badan, setelah itu makan larut malam, sendirian.

Selesai makan aku tak terbiasa langsung tidur. Mungkin aku bisa dibilang sebagai pengidap insomnia, selalu saja susah tidur. Walau dipaksa terpejam, tetap saja tak bisa tidur. Karena itulah aku memiliki sebuah ‘ritual’, aku memanfaatkan penyakit susah tidurku untuk membaca buku. Kini aku mulai terbiasa, bahkan aku mulai merasa ada yang kurang jika belum melakukan ‘ritual’ itu. Aku tak peduli sering mendapat omongan miring,"cuma kuli pabrik saja,sok-sokan baca buku". Biarkan saja orang bicara apa. Baru setelah mataku merasa capek, saat itulah kemungkinan aku bisa tertidur.

Malam ini, suara kereta membuatku merasa merindukan sesuatu. Ya, memang rumahku tak begitu jauh dari rel kereta api. Setiap malam suara deru kereta yang lewat pasti terdengar.
Malam ini aku merindukan naik kereta api. Melakukan perjalanan seorang diri, berada di dalam gerbong kereta api. Duduk bersebelahan dan berhadapan dengan orang yang tak kukenal. Saling bercakap mencoba menjalin keakraban diantara dinginnya udara AC kereta di malam hari. Melihat wajah-wajah lelah para penumpang yang menempuh perjalanan jauh, sampai akhirnya mereka tertidur bersandar pada kursi kereta ekonomi yang keras. Kadang tanpa sadar badan mereka lunglai ke penumpang di sebelahnya. Aku sendiri sering susah tidur dalam perjalanan kereta sewaktu berangkat bepergian. Berbeda ketika pulang bepergian, saat itu aku pun tak kan mampu menahan ngantuk karena kelelahan dan tertidur di kursi kereta.

Malam ini aku merindukan sebuah perjalanan. Perjalanan dengan kereta api yang membawaku ke tempat-tempat baru, stasiun-stasiun baru, atau mungkin sebuah tempat yang menjadi impianku. Aku merindukan perjalanan, bertemu dengan orang-orang baru, dengan bahasa dan logat yang berbeda. Orang-orang dengan tujuan-tujuan perjalanan yang berbeda juga. Raut-raut wajah yang berbeda-beda pula. Ada yang senang dengan perjalanannya. Ada yang merasa sedih, ada juga yang gelisah dalam perjalanan yang sedang ditempuh. Berupa-rupa perasaan yang ada di dalam hati manusia saat melakukan perjalanan. Rangkaian gerbong kereta itu hanya menjadi sarana untuk orang-orang yang entah ingin pergi kemana? Yang entah melakukan perjalanan untuk hal apa? Perjalanan untuk pekerjaan, perjalanan untuk mengunjungi keluarga, perjalanan untuk pulang, perjalanan untuk meninggalkan rumah, perjalanan untuk bersenang-senang, perjalanan untuk melupakan kesedihan, perjalanan untuk melupakan kenangan, ataupun perjalanan untuk menjemput impian. Semua orang di dalam gerbong kereta disatukan dalam sebuah perjalanan. Seperti itu pula lah kehidupan. Dunia ini layaknya sebuah gerbong kereta. Kita, manusia, mempunyai tujuan hidup masing-masing. Yang pasti berbeda-beda. Tapi, sejatinya semua akan bermuara ke tempat yang sama, Stasiun Yang Maha Rencana.

Yang pasti malam ini,aku sangat merindukan sebuah perjalanan.
Aku membayangkan berada di dalam sebuah gerbong kereta api, menuju tanah yang indah, tanah impian.


02.05, Sabtu, 09/05/2015 (SB)