22 Mei 2016

Pembangunan

Sepanjang dua hari kemarin saya melintasi jalanan dari desa tempat tinggal ke Salatiga-Magelang-Boyolali. Sepanjang perjalanan itu ada hal yang hampir di semua daerah itu saya temui, yaitu pembangunan jalan. Geliat pembangunan dimana-mana, mungkin hampir di setiap daerah negeri ini. Dan itu ada hampir di setiap tahun, mungkin juga akan terus ada selama hayat negeri ini.

Pembangunan jalan memang sebuah hal yang bagus, karena di era globalisasi ini kita memerlukan akses jalan yang mendukung untuk mobilisasi segala macam kebutuhan ke antar daerah. Tapi entah seberapa banyak pembangunan yang dilakukan setengah-setengah. Jalan-jalan yang dibangun gampang sekali rusak. Saya yakin memang semua sudah diperhitungkan oleh para kontraktor yang profesional. Tapi seolah-olah pembangunan-pembangunan jalan itu tidak pernah selesai. Jalanan terus dibangun, tapi juga terus rusak. Dan pembangunan terus saja diada-adakan. Pasti banyak faktor yang mempengaruhi hal itu. Itu bukan kapasitas saya untuk membahasnya.

Diluar itu semua, saya hanya ingin bercerita tentang apa yang saya lihat. Melihat semua itu dari sisi positifnya, untuk lebih bersemangat dalam memandang hidup.
Pembangunan jalan telah membuka banyak lapangan kerja. Pekerja-pekerja mendapatkan rezeki dari hal itu. Panasnya matahari yang menyengat melegamkan kulit mereka. Tubuh-tubuh kekar yang dihiasi senyum dan kelakar tawa. Asap rokok yang dihembuskan di sela-sela pekatnya debu jalanan. Gubuk-gubuk peristirahatan menjadi saksi kerasnya hidup di jalanan. Sedang keluarga pasti menanti kiriman rezeki dari mereka. Dari pembangunan-pembangunan jalan itu dapur-dapur keluarga para pekerja terus mengepul. Panci masih terus bertemu beras. Piring-piring masih terus bertemu nasi. Perut-perut masih terus tersuapi gizi. Anak-anak masih akan bertemu meja-meja pendidikan.

Perputaran roda ekonomi juga menggeliat di sekitar jalan yang dibangun. Pekerja-pekerja memenuhi kebutuhan mereka dari warung-warung sekitarnya. Warung-warung itu mendapatkan pembelinya. Pemuda-pemuda setempat mendapat penghasilan dari mengatur buka-tutup jalan.

Dari hal itu, saya berpikir jasa-jasa para pekerja itu sangatlah besar untuk kemajuan negeri ini. Bahkan sejak zaman penjajahan, mestinya kita harus bisa berterima kasih pada para pekerja paksa yang bahkan banyak yang kehilangan nyawa dalam membangun Jalan Raya Pos Anyer-Banyuwangi. Terlepas dari para penjajah atau kita sebagai kaum terjajah. Jasa-jasa para pekerja itu pantas kita hormati. Mungkin ada dari salah satu pekerja-pekerja itu adalah moyang kita.

Dari perjalanan kemarin, melihat para pekerja pembangunan jalan. Saya yakin negeri ini tak akan maju tanpa menghargai kaum pekerja. Memang kenyataanya masih banyak manusia-manusia yang jumawa merendahkan pekerjaan sebagai kuli jalan. Mereka dimarginalkan oleh sistem sosial yang menghamba pada status-status sosial. Padahal tanpa kaum pekerja, kita,manusia-manusia hanya bisa mengumpat tentang buruknya keadaan jalan. Kita manusia hanya bisa saling menyalahkan.

Saya hanya bisa berdoa untuk para kaum pekerja, agar rezeki terus mengalir untuk kehidupan mereka(termasuk saya). Dan untuk negeri ini, semoga pembangunan-pembangunan bisa merata ke segala penjuru daerah. Aamiin....

SB
22/05/2016

3 komentar:

  1. Magelang-Boyolali... hmm membaca postingan ini rasanya jadi teringat di Solo-Porwodadi

    BalasHapus
  2. haha,,,iya...Solo-Purwodadi juga, apalagi sekarang kilometer 10-12 juga lagi dibangun :-)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)