4 Agustus 2015

Belajar Bertoleransi

Satu hal yang ingin aku bahas tentang bertoleransi. Ini tentang hal yang sering kita temui sehari-hari. Tentang hal yang banyak dianggap sepele. Ini tentang toleransi dalam merokok. Aku pribadi bukan seorang perokok, tapi banyak waktuku aku lalui di lingkungan para perokok. Disini aku tidak ingin bicara tentang bahaya atau penyakit-penyakit yang disebabkan karena merokok. Aku rasa kita semua sudah tahu dan paham tentang hal itu. Biarlah jadi tugas ahli kesehatan untuk menjelaskan hal-hal semacam itu. Bapakku sendiri seorang perokok dan aku sebagai anak tidak pernah memberinya rokok karena aku tidak ingin meracuni Bapakku sendiri. Walau pun Beliau dengan sadar memilih tetap merokok. Setidaknya hal itu adalah bentuk kepedulianku terhadap Beliau. Karena hal itu aku punya sebuah keinginan untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang jauh dari asap rokok. Lingkungan hidup yang sehat. Jujur aku tidak bisa melarang bapakku sendiri untuk merokok, karena aku tinggal di rumahnya. Tapi aku akan tetap berusaha.

Salah satu usahaku adalah menempel poster "Dilarang Merokok" di teras rumah dan sering juga memintanya untuk berhenti merokok. Tapi tetap saja bapakku tak mempedulikannya. Bahkan tamu-tamu yang sering datang ke rumah, entah itu tamu bapakku atau pun tamuku masih sering bertanya "Boleh merokok tidak mas ?". Padahal sudah dengan jelas mereka melihat ada poster "Dilarang Merokok". Aku, demi menghormati tamu sering kali aku membiarkan mereka merokok asalkan ketika sedang tidak ada adik-adikku atau keponakanku yang masih kecil. Aku tidak ingin adik-adikku yang masih kecil itu terjejali asap rokok di usia dini.

Aku heran dengan cara berpikir orang-orang. Ketika mereka bertamu sebagai tamuku, dan mereka melihat poster "Dilarang Merokok" itu, apakah mereka tidak berpikir untuk menghargai si tuan rumah ? Mereka malah bertanya dan meminta kelonggaran untuk merokok padahal mereka tahu si tuan rumah tidak suka dengan asap rokok, kecuali Bapakku. Hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi di lingkungan rumah. Di tempat-tempat umum pun sering kali kita temui ketidakpedulian perokok terhadap lingkungan(misal disitu ada peraturan Dilarang Merokok) mereka masih tetap merokok. Bahkan kadang di transportasi umum, ada perokok yang tidak peduli dengan penumpang sebelahnya apakah mereka merasa terganggu dengan asap rokoknya. Tak bisakah kita sedikit menghargai hak-hak orang lain ?

Aku rasa kita semua sudah dewasa dan harusnya juga bisa berpikir dewasa.
Aku punya sebuah pemikiran, ini mungkin sebuah tawaran atau solusi sederhana untuk kita semua.
Aku sendiri sering berkumpul dengan para perokok di lingkungan mana pun. Dan aku tidak pernah melarang mereka merokok atau komplain soal asap rokok mereka walau kadang mereka secara sengaja menghembuskannya ke arahku. Atau bahkan mereka sering meledekku karena sebagai laki-laki aku tidak merokok. Sering kali aku hanya menanggapi ledekan mereka dengan bercanda. Aku selalu mencoba beradaptasi dan bertoleransi dengan lingkungan yang sedang aku kunjungi atau aku tempati(misal lingkungan perokok). Aku selalu berusaha menghargai dan menghormati hak mereka sebagai perokok. Sebaliknya, aku menginginkan hakku untuk menghirup udara bersih itu juga dihargai. Aku tidak menginginkan hal itu di tempat umum, tapi di rumah tempat tinggalku. Aku ingin tamu-tamu yang datang ke rumahku tahu dan mau bertoleransi untuk tidak merokok ketika sedang bertamu di tempatku. Aku sering kali sungkan untuk melarang mereka, makanya aku menempel sebuah poster "Dilarang Merokok". Dengan itu aku ingin teman-teman yang bermain atau bertamu ke rumah menyadari hal itu.  Ketika aku berkumpul di lingkungan perokok aku harus beradaptasi dengan mereka. Ketika Anda berkumpul di lingkungan bukan perokok, tolong bertoleransilah pada mereka.


Aku menulis catatan ini bukan untuk berdebat atau memprovokasi. Aku hanya ingin kita semua mau berusaha menciptakan lingkungan yang sehat, jauh dari asap rokok. Kalau pun kita ingin merokok, kita bisa merokok diluar atau di halaman rumah jauh dari jangkauan keluarga kita. Pikirkan kesehatan istri, anak-anak, atau orang tua kita yang tidak merokok. Perokok pasif lebih besar resiko terganggu kesehatannya bila sehari-hari berkumpul dengan perokok aktif.

Mari sama-sama kita semua belajar bertoleransi. Kita mulai dari hal-hal kecil seperti ini. Jika kita sudah bisa bertoleransi, saling menghargai dan menghormati hak-hak orang lain dalam hal kecil baru kita bisa belajar bertoleransi dalam hal-hal besar. Kita sering berbicara tentang toleransi beragama, berbudaya ataupun bernegara, tapi toleransi dalam hal kecil yang sering dihadapi sehari-hari malah kita sepelekan.
Mari sama-sama belajar. Sekecil apapun toleransi atau kebaikan yang kita lakukan akan berpengaruh memperbaiki keadaan semesta.

Salam beribu cinta...


Malam, 04/08/2015