Senin, 11 Juni 2012 pukul 06.00 WITA kami bangun dari tidur
yang cuma sekitar 3 jam. Pagi itu kami sempat pergi ke Pasar Besar Dompu
membeli logistik untuk pendakian Gunung Tambora. Pulang dari pasar kami mampir
ke warung soto dekat Gedung Pemuda untuk packing. Di sini kami sempat ditemui
oleh Bang Ade dari Humpa (salah satu organisasi Pecinta Alam di Dompu). Bang
Ade memberi kami informasi tentang Tambora.
Pukul 11.30 kami meninggalkan Gedung Pemuda, dari sana kami
naek angkot warna kuning menuju Terminal Dompu dengan ongkos @Rp.5.000,00.
Pukul 12.30 kami sampai di terminal, di sini kami bertemu dengan rombongan
pendaki dari Bima (NTB) dan Padang (Sumbar). Kami pun gabung dengan mereka
untuk menunggu bis. Baru sekitar pukul
15.00 bis jurusan Calabai siap berangkat, bis inilah yang akan mengantar kami
ke Desa Pancasila dengan ongkos Rp.30.000, 00. Bisnya sudah penuh dengan muatan
penumpang dan barang, sehingga kami pun harus duduk di bagian atas bis. Ternyata hal ini sudah
biasa di sini. Belum lama berjalan, di sebuah pertigaan bis yang kami tumpangi ini bertabrakan dengan angkot. Alhamdulilah ga terjadi apa-apa, hanya saja
bis sempat berhenti. Setelah berhenti cukup lama akhirnya bis melanjutkan
perjalanannya pukul 16.00.
bis dari Dompu-Pancasila |
Di Gunung Tambora pendaki yang belum pernah mendaki di sini
diwajibkan untuk didampingi guide. Aku dan Budi beruntung karna bergabung
bersama teman-teman Londa dari Bima yang sudah pernah mendaki Tambora, sehingga
kami tidak perlu mencari guide. Malam itu kami langsung melanjutkan perjalanan
dengan jalan kaki, karna Desa Pancasila adalah titik awal pendakian. Setelah
sekitar 1 jam berjalan melewati perkebunan kopi, kami sampai di sebuah rumah
pondokan pekerja perkebunan kopi ini. Teman-teman dari Bima sudah kenal dengan
pemilik rumah jadi kami diijinkan menginap. Usai beristirahat sebentar kami masak untuk makan malam bersama. Baru
sekitar pukul 00.00 kami tidur. Hari yang melelahkan dalam perjalanan menuju
kaki Tambora.
pos 1 |
pos 2 |
Jalur menuju Pos 4 tidak terlalu menanjak, tapi di sini kami
harus hati-hati dengan tumbuhan penyengat/jelatang yang tumbuh di sepanjang
lintasan. Setelah 1 jam berjalan kami tiba di Pos 4 kemudian melanjutkan
perjalanan. Mendekati Pos 5 tanaman
jelatang mulai berkurang. Kira-kira pukul 01.00 WITA tanggal 13 Juni 2012 kami sampai di Pos 5. Di
sebelah kanan pos ini juga terdapat sumber air. Malam itu dari Pos 5 terdengar
suara gemuruh angin di atas, sepertinya di atas sedang terjadi badai. Akhirnya
kami putuskan istirahat di Pos 5 sambil menunggu pagi. Semalaman aku ga bisa
tidur, hanya duduk-duduk di dekat api unggun sampai pagi.
Pukul 06.00 kami melanjutkan pendakian dari Pos 5. Langit
sudah mulai terang, pemandangan Gunung Rinjani di kejauhan terlihat indah. Di
bawah juga terlihat lautan dan Pulau Satonda.
1.5 jam kami berjalan akhirnya kami tiba di batas vegetasi, hanya ada
beberapa pohon cemara di sini. Angin masih berhembus sangat kencang, bahkan sesekali
kami harus merunduk karna angin terlalu kencang. Selepas batas vegetasi medan
mulai semakin curam, trek pasir dan bebatuan terus menanjak. Tapi mendekati
bibir Tambora jalur mulai landai. Kami hanya finish sampai di bibir kawah
sekitar pukul 09.00 karena angin masih sangat kencang dan menerbangkan pasir
mengenai mata kami, makanya kami tidak meneruskan perjalanan ke Puncak. Kami
berdecak kagum melihat kawah Tambora
yang sangat besar dan luas. Kami tak bisa membayangkan betapa dahsyatnya letusan Tambora yang bersejarah itu,
Allohuakbar…
Usai melihat kawah dan foto-foto kami pun turun
kembali. Pukul 13.00 kami sampai di
tempat camp Pos 3. Sehabis makan siang dan packing, pukul 15.00 kami memulai
perjalanan turun. Seperti pada saat perjalanan naik, kami pun harus sering
merunduk untuk menghindari ranting.
Perjalanan turun memakan waktu yang cukup lama karena salah satu teman
kami kakinya sakit. Pukul 21.30 kami akhirnya sampai di rumah pondokan
perkebunan kopi. Seusai istirahat,makan
malam dan mandi kami semua tidur pulas malam itu karna kecapean.
14 Juni 2012 pukul 07.00 WITA aku baru bangun. Teman-teman
yang lain bahkan baru bangun pukul 09.00. Sehabis sarapan, pukul 10.00 aku
mulai packing tapi baru sekitar pukul 12.00 kami mulai jalan untuk turun ke
Desa Pancasila. Setelah melewati perkebunan kopi pukul 13.30 kami sampai di
Desa Pancasila dan mampir dulu di rumah Om Bek. Beliau adalah salah satu tokoh
pendaki di desa itu. Sepertinya Om Bek ini memiliki indra keenam, sebab beliau
tau kejadian-kejadian yang kami alami selama di Gunung Tambora. Contohnya,
beliau menebak kalau salah satu dari kami ada yang bermimpi bertemu seorang
wanita di Pos 5. Ternyata yang dimaksud Om Bek benar. Salah satu teman, yaitu
Tanjung bercerita bahwa sewaktu di Pos 5 dia memang bermimpi ketemu seorang
wanita, dan wanita itu berkata padanya bahwa jika kami melanjutkan perjalanan
ke Puncak, maka akan ada salah satu dari kami yang jatuh ke kawah. Aku kaget
mendengar cerita itu, antara percaya dan tidak. Tapi mungkin ada hikmah dari
keputusan kami saat itu untuk tidak lanjut ke Puncak. Hanya Tuhan yang tahu. Tambora memang menyimpan berbagai misteri.
Ucapan terimakasih untuk Allah SWT. Untuk Budi, teman
perjalanan yang nyantai. Teman-teman dari Bima : Bhone, Chamen, Ozie, Bhecek,
Ringgo. Teman dari Padang : Ape dan Tanjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)