10 Oktober 2015

Rintih Desa



Rintih Desa

Tanahku dulu adalah ladang pertanian
Sekarang menjadi lahan perindustrian

Udaraku dulu adalah kesegaran
Sekarang sesak terpolusikan

Sungaiku dulu adalah tempat bermain
Sekarang menumpuk pembuangan sampah

Air tanahku dulu bersih menyegarkan
Sekarang licin dan mulai berkeruh

Jalananku dulu penuh tegur sapa kring-kring sepeda
Sekarang melesat motor saling mendahului

Anak-anakku dulu bermain bola di lapangan
Sekarang lebih banyak bermain tombol ajaib di depan layar

Pemuda-pemudaku dulu suka bertani
Sekarang lebih suka merantau entah kemana

Aku hanyalah sebuah desa
Aku hanya bisa merintih
Aku tak kuasa menolak perubahan
Semoga aku tetap menjadi desa

Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di desaku. Perubahan positif maupun negatif. Lapangan kerja tersedia dengan dibangunnya pabrik-pabrik. Tapi lahan persawahan dan kebun berkurang. Dengan itu berarti daerah resapan air juga berkurang. Kehidupan ekonomi semakin menggeliat. Tapi  efeknya masyarakat semakin konsumtif. Banyak lagi dampak-dampak dari masa transisi desa yang akan menuju perubahan menjadi kota. Kebun-kebun tempat bermainku dulu sudah tak ada. Sungai tempat teman-temanku berenang dulu sudah kotor.  Kalau pun desa ini harus menjadi kota, jadilah kota yang berjiwa desa. Tetap teguh dengan jati dirinya sebagai desa walaupun dari segi infrastuktur terus bergerak menjadi (hampir)kota. Ah,aku sadar mungkin itu terlalu naïf.

Senja, 16/09/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)