Rintih Desa
Tanahku dulu adalah ladang pertanian
Sekarang menjadi lahan perindustrian
Sekarang menjadi lahan perindustrian
Udaraku dulu adalah kesegaran
Sekarang sesak terpolusikan
Sekarang sesak terpolusikan
Sungaiku dulu adalah tempat bermain
Sekarang menumpuk pembuangan sampah
Sekarang menumpuk pembuangan sampah
Air tanahku dulu bersih menyegarkan
Sekarang licin dan mulai berkeruh
Sekarang licin dan mulai berkeruh
Jalananku dulu penuh tegur sapa kring-kring sepeda
Sekarang melesat motor saling mendahului
Sekarang melesat motor saling mendahului
Anak-anakku dulu bermain bola di lapangan
Sekarang lebih banyak bermain tombol ajaib di depan layar
Sekarang lebih banyak bermain tombol ajaib di depan layar
Pemuda-pemudaku dulu suka bertani
Sekarang lebih suka merantau entah kemana
Sekarang lebih suka merantau entah kemana
Aku hanyalah sebuah desa
Aku hanya bisa merintih
Aku tak kuasa menolak perubahan
Semoga aku tetap menjadi desa
Aku hanya bisa merintih
Aku tak kuasa menolak perubahan
Semoga aku tetap menjadi desa
Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi di desaku.
Perubahan positif maupun negatif. Lapangan kerja tersedia dengan dibangunnya
pabrik-pabrik. Tapi lahan persawahan dan kebun berkurang. Dengan itu berarti
daerah resapan air juga berkurang. Kehidupan ekonomi semakin menggeliat.
Tapi efeknya masyarakat semakin
konsumtif. Banyak lagi dampak-dampak dari masa transisi desa yang akan menuju
perubahan menjadi kota. Kebun-kebun tempat bermainku dulu sudah tak ada. Sungai
tempat teman-temanku berenang dulu sudah kotor. Kalau pun desa ini harus menjadi kota, jadilah
kota yang berjiwa desa. Tetap teguh dengan jati dirinya sebagai desa walaupun
dari segi infrastuktur terus bergerak menjadi (hampir)kota. Ah,aku sadar
mungkin itu terlalu naïf.
Senja, 16/09/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)