12 Juni 2015

Menunggu

Dalam kehidupan, hampir setiap saat kita mengalami hal yang namanya Menunggu. Setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, bahkan setiap tahun. Menunggu bisa menjadi sebuah hal yang membosankan. Tetapi bisa juga menjadi hal yang menyenangkan. Tergantung apa yang sedang kita tunggu. Atau tergantung bagaimana kita menyikapi hal yang kita tunggu. Dan juga tergantung dari sudut mana kita melihat hal yang sedang kita tunggu. Setiap orang pasti pernah merasakan menunggu.

Setiap orang pernah menunggu malam berakhir. Lalu menunggu pagi. Menunggu matahari terbit. Menunggu hangat sinarnya, di loteng rumah, di atap gedung, di puncak bukit atau gunung, di halaman rumah, dimana-mana.
Menunggu isi bak air penuh. Menunggu antrian kamar mandi. Menunggu air yang kita masak untuk menyeduh kopi atau teh. Menunggu ibu atau istri menyiapkan sarapan. Menunggu motor atau mobil sedikit panas. Menunggu bus, kereta atau pesawat tiba. Lalu menunggu untuk berangkat. Menunggu lampu merah berubah menjadi hijau. Menunggu anak-anak sekolah atau pekerja-pekerja menyebrang jalan. Menunggu bel masuk sekolah atau kerja. Menunggu dosen datang. Lalu berharap jam sekolah, jam kuliah, atau jam kerja segera berakhir. Menunggu jam pulang. Menunggu pesanan makanan kita disajikan. Menunggu antrian di kasir swalayan. Menunggu antrian di loket bus atau kereta. Dan masih harus menunggu bus atau keretanya tiba. Menunggu giliran setor ke teller bank. Menunggu uang transaksi di ATM keluar. Menunggu giliran periksa di Puskesmas atau Klinik. Menunggu ayah-ibu, adik-kakak, saudara,  kakek-nenek, kerabat, teman, atau sahabat yang sedang sakit. Menunggu suami pulang. Menunggu istri menyiapkan makan malam. Menunggu dan menunggu.

Masih banyak menunggu yang kita alami.
Menunggu matahari sedikit redup untuk keluar rumah. Menunggu hujan reda. Menunggu air banjir surut. Menunggu badai usai.
Menunggu hasil ujian atau tes masuk sekolah, universitas, atau perusahaan. Menunggu waktu libur.Menunggu film kesukaan kita diputar di bioskop. Menunggu album band kesayangan kita dirilis. Menunggu konsernya digelar di kota kita. Menunggu buku dari penulis yang kita suka dicetak. Menunggu kiriman cd atau buku yang kita pesan sampai di tangan. Menunggu buku yang tak mampu kita beli ada di perpustakaan umum.
Menunggu mudik bertemu keluarga. Menunggu untuk berkumpul bersama teman atau pacar. Menunggu hadiah ulang tahun. Menunggu yang ditunggu.

Bahkan masih banyak lagi menunggu.
Menunggu senja dan matahari terbenam di teras rumah atau pun dipantai. Menunggu hasil dari pekerjaan-pekerjaan kita. Menunggu bertemu jodoh. Menunggu kelahiran anak. Menunggu mereka tumbuh dewasa. Menunggu rumah kita selesai dibangun. Menunggu anak-anak kita berhasil. Menunggu orang tua kita di usia senjanya.
Menunggu mendapat petunjuk dalam hidup. Menunggu adzan dan iqomat. Menunggu bulan Ramadhan. Menunggu waktu berbuka puasa. Menunggu. Menunggu hati kita dibuka untuk bertobat. Menunggu diri kita sadar. Menunggu dosa-dosa kita diampuni. Menunggu doa-doa kita dikabulkan. Menunggu umur kita habis. Menunggu untuk dikubur. Menunggu hari kiamat tiba. Menunggu dibangunkan kembali. menunggu dihisab. Menunggu masuk ke surga atau pun neraka. Menunggu bertemu denganNYA.

Ya, sejatinya hidup kita adalah Menunggu. Menunggu dan menunggu. Menunggu yang ditunggu.
Masih banyak lagi menunggu-menunggu yang kita alami dalam kehidupan. Bahkan setelah kematian pun kita masih harus merasakan menunggu.

"Sungguh,segala yang gaib itu hanya milik Allah, sebab itu tunggu sajalah olehmu. Ketahuilah aku juga menunggu bersama kamu."(QS.Yunus:20)

12/06/2015