3 Juni 2015

Siang 03/06/15



sisir tanah

Kita tuan pada masing-masing keinginan-keinginan
Kita tuan pada masing-masing kebohongan-kebohongan
Kita tuan pada masing-masing keputusan-keputusan
Kita tuan pada masing-masing kehilangan-kehilangan
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis

Kita tuan pada masing-masing kesalahan-kesalahan
Kita tuan pada masing-masing kekalahan-kekalahan
Kita tuan pada masing-masing pengorbanan-pengorbanan
Kita tuan pada masing-masing penyesalan-penyesalan
Air mata kenapa kau harus menangis
Air mata kenapa kau harus menangis

Lihat di hati kita, di hati kita, siapa yang mati ? Sapa yang mati ?

(Obituari air mata-Sisir Tanah)

Aku tak bosan mendengarkan lagu itu. Petikan gitar yang sederhana dan lirik lagu yang 'dalam' membuat kita seolah-olah hanyut dan masuk ke dalam sebuah perenungan diri.
Menurutku kita bebas mengartikan sebuah lagu sesuai imajinasi kita. Sang penulis lagu pun mungkin akan senang jika pendengarnya bisa menikmati lagunya dengan pemahamannya masing-masing. Bebas mengartikan kata-kata. Bebas menafsirkan maksud. Bebas menghayati dengan hatinya masing-masing. Karena lirik lagu bukanlah kitab suci, karena lirik lagu adalah seni.

Keputusan-keputusan yang aku ambil dalam hidupku adalah pilihan yang harus aku hadapi.  Setiap orang bebas memilih dan menentukan jalan hidupnya. Setiap keputusan mengandung resiko. Setiap jalan mempunyai tantangannya sendiri-sendiri. Setiap kejadian dalam hidup memang sudah digariskan. Tapi hidup juga menuntut kita untuk berani mengambil keputusan-keputusan dalam setiap hal yang kita hadapi dalam kehidupan ini.
Kita tuan pada masing-masing keputusan-keputusan.