Kemarin sesorean dan semalaman bersepeda di kota Solo, tepatnya di sekitaran Pasar Gede.
Kembali melihat potret-potret kehidupan itu. Dan bagiku itu sebuah pertanda yang cukup untuk meyakinkanku sudah waktunya aku membagikan puisi ini, cerita ini.
Biarlah kata-kata sederhana ini berkelana di semestaNya.
Kembali melihat potret-potret kehidupan itu. Dan bagiku itu sebuah pertanda yang cukup untuk meyakinkanku sudah waktunya aku membagikan puisi ini, cerita ini.
Biarlah kata-kata sederhana ini berkelana di semestaNya.
Di Bawah Gerimis Kota
Lagi kudapati di bawah gerimis
Bunga-bunga kehidupan yang masih bertahan
Tumbuh di sela-sela hedonisme kota
Terbaring sepi berselimut lapar
Perutnya berbicara tentang syukur tak terkira
Menerima takdir dengan gagah menjalaninya
Rumah bukan lagi soal kenyamanan
Sejengkal emper berteduh pun jadi ranjang semalaman
Lusuh tubuh tak perlu kau pertanyakan
Mereka masih mempunyai berlian
Keberanian untuk tetap menghela napas kehidupan
Walau satu per satu hari menyiksa tiada henti
Napas demi napas tetap mereka jalani
Apa yang akan mereka impikan malam ini?
Apakah tentang hidangan lezat jamuan pesta di surga?
Apakah tentang ranjang-ranjang empuk berselimut sutera?
Ataukah tentang sungai-sungai susu yang bisa direguk setiap waktu?
Atau mungkin mereka hanya memimpikan udara segar esok pagi
dan pikiran tenang menjalani lusa nanti?
Entahlah
Sementara kita masih memimpikan hari-hari yang penuh ambisi
SB
01.00
09/Jan/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)