6 Februari 2016

Doa di Tepi Jalan

foto:stepapustaka

Doa di Tepi Jalan

Di tepi jalan di bawah tiang listrik
Laju kendaraan bising merampas hening
Sosok diam bersila bersandar hampa
Menatap jauh pada kekosongan
Noda di wajah adalah cinta matahari padanya
Gimbal rambut adalah kasih debu jalanan untuknya
Kerak gigi dan bau mulutnya adalah pergumulan udara setiap hari


Tangan tengadah pada langit
Apa yang kau gumamkan ?
Apakah kau bersyukur atas diangkatnya kesadaran?
Apakah kau bahagia atas dicabutnya keinginan-keinginan?
Mulutmu tergetar seolah ingin berkata-kata
Namun tak ada suara yang keluar terdengar
Hanya doa dalam diam
Di antara sunyi yang terampas oleh kebisingan
Kau dibebaskan dari hasrat keduniawian


Di tepi jalan kau seolah tak terlihat oleh mata 
Mata-mata perlahan kehilangan empatinya
Sementara doa-doamu tetap mengalir dalam diam
Di antara kegilaan dan kewarasan




SB
03/Jan/2016


(puisi ini ikut diterbitkan dalam buku antologi puisi yang berjudul Belukar yang Membara oleh penerbit Stepa Pustaka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Mari budayakan berkomentar :)